Dalam “Yushan Forum” yang digelar tahun 2018 oleh Taiwan-Asia Exchange Foundation (Yayasan Pertukaran Taiwan-Asia, TAEF), Presiden Tsai Ing-wen sempat mengemukakan bahwa Taiwan mampu membantu Asia, dan Asia juga bisa membantu Taiwan. Interaksi mutualisme tidak semata diimplementasikan dalam Kebijakan Baru Arah Selatan, kalangan masyarakat Taiwan juga menggunakan beragam cara untuk menjalin persahabatan dengan berbagai negara di dunia.
25 April 2015, terjadi gempa dahsyat 7,9 SR di ibukota Nepal, Kathmandu. Saat gempa terjadi, Stupa Boudhanath yang ada di bagian lembah sebelah timur, juga dapat merasakan guncangan yang kuat. Warga yang cemas dan gelisah berlari menuju stupa, mereka percaya jika ada mara bahaya, maka stupa bisa melindungi mereka.
Gempa ini telah mengakibatkan kematian dan kerusakan yang besar di Nepal, jaringan penghubung untuk mereka yang tinggal jauh di luar kota terputus, banyak jalan yang terbelah, lebih dari 8 ribu warga meninggal dunia. Pasca gempa, banyak bangunan tua dan bangunan kuno bersejarah yang roboh.
Bantuan Keselamatan Bencana Taiwan Tidak Pernah Ketinggalan
Setengah tahun kemudian, Kepala Taiwan Alliance in International Development (Aliansi Pembangunan Internasional Taiwan, Taiwan AID) Wang Jin-ying memimpin rombongan untuk langsung mengunjungi lokasi bencana terparah di Dhading. Dhading berada di kawasan pegunungan, dengan jarak tempuh 4 jam dengan mobil dari Kathmandu, dengan kondisi jalan yang rusak parah. Wang Jin-ying mengatakan, “Sepanjang jalan hanya dapat terlihat tenda, sementara gempa telah berlalu 6 bulan, masih banyak orang yang tinggal di dalam tenda, tidak memiliki sumber air bersih bahkan toilet.”
Program Taiwan AID ini merupakan bagian dari program bantuan bencana yang diusung oleh Kementrian Luar Negeri (MOFA), dari hasil dana sumbangan yang terhimpun, diserahkan kepada Nepal agar dapat membangun kembali fasilitas umum yang rusak akibat gempa. ”Orang Taiwan sangat memiliki kasih sayang”, jelas Wang Jin-ying saat memaparkan kebaikan hati yang dimiliki oleh orang Taiwan dengan mata yang berbinar-binar. “Kala itu Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan (MOHW) membuka saluran bantuan, walau tidak disosialisasikan secara khusus, namun berhasil mengumpulkan dana sumbangan senilai NT$ 100 juta.” Dengan tersedianya dana rekonstruksi pasca gempa, Taiwan AID yang bekerjasama dengan Changhua Christian Hospital, memasuki pegunungan Dhading. Selain itu juga berkolaborasi dengan organisasi NGO setempat, EPF (Ecological Protection Forum). Mereka membangun sebuah Pusat Pelayanan Pembangunan Kawasan Serba Ada. Sementara barang sumbangan lainnya, Taiwan AID dan EPF, bersama-sama mengupayakan masuknya barang sumbangan tersebut ke Nepal, sehingga bisa langsung disampaikan kepada para korban bencana.
Usai pembangunan pusat pelayanan tersebut, kini menjadi tempat yang paling kerap dipergunakan oleh warga setempat. Pusat pelayanan ini dibangun dengan turut memanfaatkan sumber energi listrik yang berasal dari panas sinar matahari. Organisasi wanita Nepal juga menggunakan pusat pelayanan tersebut, untuk menggelar kelas komputer, kelas memasak, sehingga turut mendorong kehidupan sosial masyarakat setempat. Di pusat pelayanan tersebut juga tersedia penyuluhan sanitasi, pelatihan medis kedokteran dan kegiatan warga lokal setempat. Bangunan berlantai dua yang dibangun di bawah kaki gunung Himalaya, berkibar bendera Republik Tiongkok (Taiwan), bahkan dibangun papan reklame yang bertuliskan “Love from Taiwan”, yang artinya cinta yang datang dari Taiwan.
Kekuatan Hangat Taiwan Luluhkan Hati Dunia
Bantuan serupa Taiwan AID untuk Asia, disebut sebagai “Kekuatan hangat” dari Taiwan oleh Dewan TAEF dan Michael Hsiao, Penasehat Senior Istana Kepresidenan. Taiwan AID juga adalah partner kerjasama TAEF. Sejak TAEF terbentuk pada tahun 2018, hingga kini selalu mengusung berbagai program interaksi pertukaran antara Taiwan dan dunia internasional, dengan sudut pandang sebagai sumber asal swasta, mampu memperkuat hubungan Taiwan dengan negara-negara lain di dunia.
“Salah satu peran TAEF adalah mendorong Program Kebijakan Baru Arah Selatan”, di antaranya Yushan Forum yang pertama kali digelar pada tahun 2017, kini telah menjadi sebuah platform komunikasi yang kerap dipergunakan dalam kawasan. Yushan Forum tahun 2018 mengambil tema “Bersama menciptakan kemakmuran kawasan”, memfokuskan kemakmuran dan kestabilan kawasan, sehingga turut memperkenalkan Kebijakan Baru Arah Selatan dari Taiwan, dan pergerakkan kehidupan sosial masyarakat dalam kawasan. Kala itu turut mengundang pembicara Kailash Satyarthi, peraih Penghargaan Nobel Perdamaian, serta Frederik Willem deKlerk, yang adalah Mantan Presiden Afrika Selatan dan sekaligus peraih Hadiah Nobel Perdamaian.
Interaksi Pertukaran Masyarakat Telah Berjalan Ke Luar
Selain Kebijakan Baru Arah Selatan yang didorong oleh TAEF, juga turut mengusung 5 program penting, yang mencakup kolaborasi antar penduduk, pertukaran kelompok cendekiawan, pelatihan pimpinan generasi muda, pertukaran seni budaya dan penguatan daya saing kawasan Asia, yakni pencegahan bencana. Melalui interaksi pertukaran dan kerja sama, mampu memasuki sudut-sudut kehidupan masyarakat yang tidak dapat terjangkau oleh pemerintah. Secara umum, tugas TAEF adalah mewakili Taiwan untuk menjalin persahabatan dan melancarkan program pertukaran yang ada dalam kawasan.
“Pemerintah kerap menyebutkan untuk menjadikan manusia sebagai pusat inti, maka 5 program kami adalah untuk kemanusian”. Pencegahan bencana adalah untuk memberikan pertolongan bagi manusia, generasi muda adalah untuk membimbing tuan rumah masa depan, sementara pertukaran kelompok cendekiawan dan jaringan masyarakat sipil, juga memiliki hubungannya dengan manusia.
Banyak program TAEF, berhasil mengolaborasikan Taiwan AID, The Prospect Foundation, National Culture and Arts Foundation, American Institute in Taiwan (AIT) sebagai rekan kerja sama. Di sisi lain, untuk para kelompok cendekiawan yang berasal dari negara-negara yang memiliki pemahaman nilai-nilai yang sama, para pakar program, kantor kedutaan dan konsulat, kantor perwakilan dan para pejabat pensiunan, terus aktif menggelar pertukaran antar sesama, bahkan banyak hal yang diam-diam telah dilakukan. Program pemerintah yang terkesan kokoh, dengan adanya kekuatan lunak dari kalangan masyarakat, berhasil membuat Taiwan menjalin lebih banyak lagi persahabatan.
Komunikasi Kawasan Pertukaran Kebudayaan
Tanggal 16 September 2019, TAEF berkolaborasi dengan Taiwan Foundation for Democracy (TFD) dan kelompok cendekiawan Inggris, Chatham House, menggelar seminar yang membahas migrasi warga Asia dan kasus perdagangan manusia. Pada bulan April lalu, juga bekerjasama dengan Ramon Magsaysay Award Foundation dari Filipina dan AIT mengadakan kegiatan yang bertajuk “Asian Dialogues: Transformative Leadership in Action”. Pada Oktober tahun lalu, TAEF sempat mengundang 6 seniman desain visual asal Vietnam untuk mengadakan pertukaran bersama para seniman, pelukis, fotografer dan pemahat Taiwan. Pihak TAEF juga menandatangani MOU kerja sama dengan Lembaga Riset Seni Budaya Vietnam (VICAS), agar seiring dengan berakhirnya pertukaran antar cendekiawan, maka pertukaran bidang seni budaya dapat terus berkelanjutan.
Dalam hal pencegahan bencana, pada bulan Mei tahun ini, TAEF juga menggelar KTT pertukaran pengalaman penanggulangan bencana, dengan mengundang para pejabat terkait bidang pencegahan bencana asal Vietnam, Myanmar, Indonesia dan Filipina.
Keadilan Berbagi Ceritakan Kisah Taiwan
Michael Hsiao beranggapan bahwa pertukaran yang dilakukan oleh Taiwan dengan negara-negara di kawasan Asia, adalah berlandaskan berbagi pengalaman yang adil. “Kami bersedia untuk berbagi, bahkan kami mampu mewakili pemerintah Taiwan dalam menceritakan kisah Taiwan.”
Sikap jujur seperti yang ditunjukkan oleh Wan Jin-ying saat berbagi pengalaman pemberian bantuan di luar negeri, takkala organisasi NGO Taiwan melangkah maju untuk memberikan bantuan bagi Asia, “Kami tidak memiliki maksud lain, kami benar-benar ingin membantu dengan hati, secara jangka panjang dan menunjukkan sikap tidak akan meninggalkan dan membuang begitu saja.”
Saat masyarakat internasional menghadapi Kekuatan Tajam (Sharp Power), maka pulau Taiwan yang memberikan kehangatan, persahabatan, menggunakan kekuatan pemerintah dan masyarakat untuk mendorong Kebijakan Baru Arah Selatan, menyampaikan kekuatan hangat yang hanya dimiliki oleh Taiwan, sehingga dunia pun dapat melihat kontribusi besar Taiwan bagi kawasan Asia Pasifik.