Pada tahun 1985, dirigen Henry Simon Mazer merintis "Orkestra Taipei Philharmonic" di Taiwan.
Kelompok musik orkestra ini murni lahir dari kalangan masyarakat, membangun sebuah simbol budaya Taipei sebagai misi kehidupan, secara aktif bekerjasama dengan berbagai kalangan seniman dan menampilkan musik klasik menjadi tantangan bagi mereka. Menerbitkan komposer Taiwan di atas panggung internasional serta berkomitmen ikut berperan dalam kepedulian sosial. Hingga kini, berawal dari legenda "Nada Mazer" musik Taiwan terus bergema lebih dari 30 tahun lamanya di tanah ini.
Kritikus musik klasik Almarhum Wu Mu pernah mengatakan, "Di bawah alunan dari tongkat dirigen Mazer, Orkestra Taipei Philharmonic memiliki karakteristik yang unik, nada-nadanya penuh dengan kehangatan, menakjubkan dan tersimpan kekuatan. Di antara orkestra-orkestra mengenal “Nada Mazer” sebagai suatu reputasi.”
Henry Simon Mazer lahir di Amerika Serikat pada tahun 1918, seorang pendiri orkestra terkemuka, berlanjut membantu pendirian Orkestra Simfoni Florida dan Orkestra Simfoni Wheeling. Pada tahun 1918 pertama kalinya berkunjung ke Taiwan menghadiri undangan sebagai dirigen konser. Ia sangat terkesan dengan potensi musisi orkestra Taiwan. Sebelum musik klasik sepenuhnya bermekaran di Taiwan, di bawah naungan Orkestra Simfoni Chicago, ia menerima undangan, untuk hadir dan mendirikan orkestra musik di Taiwan, laksana seorang misionaris menunaikan tugas tanpa pamrih, ia tanamkan semua konsep musik dan esensi artistik di Taiwan hingga tutup usia pada tahun 2002, kehadirannya di Taiwan, membangun suatu model untuk musik orkestra di lingkungan seni musik Taiwan.
Orang Biasa Bersinar Di Panggung Internasional
Diawali dengan persiapan orkestra alat musik senar (string), kemudian menambahkan peran instrumen musik tiup, agar meluas dan semakin beragam lagu yang dapat ditampilkan, pada bulan Agustus 1991, tim bagian pengembangan merubah nama orkestra menjadi “Taipei Sinfonietta & Philharmonic Orchestra”, atau lebih akrab dikenal dengan Orkestra Taipei Philharmonic (Orchestra Taipei Philharmonic, disingkat dengan TPO). Latar belakang anggota orkestra sangat bervariasi, diantaranya profesor musik dan anggota dari orkestra besar lainnya, setelah aransemen disusun ulang guna penampilan yang lebih memuaskan. Lin Tien-chi, anak didik maestro Mazer bertugas sebagai dirigen tuan rumah mengatakan, “Kami benar-benar sebuah organisasi masyarakat awam, kami beranggotakan musisi orkestra non-profesional, potensi kemampuan para anggota orkestra menampilkan semangat kehidupan Kawasan Taipei Besar, juga mencerminkan kekuatan seni budaya masyarakat yang paling otentik."
Di awal mula saat orkestra baru terbentuk, ruang dan kesempatan pentas di Taiwan sangatlah langka, bagaimana cara agar dapat terjadwal dan tampil di panggung orkestra, kerapkali menjadi masalah yang menyusahkan TPO. Karena jika tidak kesempatan untuk tampil, tanpa ada pemasukan dari penjualan tiket maka tim orkestra ini akan menghadapi jalan buntu dan sulit untuk bertahan.
Direktur Eksekutif Yu Bing-ching sambil mengenang masa lalu mengatakan, sumber daya untuk orkestra swasta mandiri sangatlah terbatas. Awal menjalankan TPO dipenuhi dengan kepahitan, Yu Bing-ching menuturkan, "Kami kerap kali tidak mendapat waktu dan ruang untuk tampil, di era itu, Taiwan belum mengenal musik klasik, apalagi masalah penjualan tiket konser, semuanya serba sulit, kemudian editor Lee Che-yang dari majalah "The Musical Digest", memberikan kami saran, jalan terbaik agar orkestra swasta bisa mengakar kuat dan berkembang di Taiwan, terlebih dulu diperlukan kemasyhuran di dunia internasional. Meskipun pada masa tersebut, situasi diplomasi politik masih relatif sulit namun TPO tetap bertekad untuk tampil di luar negeri, membuka jalan sendiri."
Pada tahun 1990, TPO pertama kalinya melangkah ke luar negeri, berpartisipasi dan tampil dalam festival musik Victoria, Kanada, sekaligus mengadakan konser tur keliling ke Vancouver dan Chicago. Pertunjukkan mereka mendapat apresiasi dari berbagai pihak, media setempat melaporkan dan memberi julukan "Permata pulau harta karun" untuk mendeskripsikan kelompok orkestra ini. Penampilan TPO membuka visibilitas internasional, sebagian besar pencinta musik mulai penasaran dengan Taiwan, mereka ingin mengetahui rupa bentuk negeri ini, hal itulah yang memberikan suatu kemajuan dan pengenalan lebih lanjut.
Setelah itu, TPO berkeliling ke Eropa, Amerika Serikat, Rusia, Daratan Tiongkok dan negara lainnya. Diantaranya pada tahun 1933, TPO menjadi kelompok musik Taiwan pertama yang tampil di Golden Hall Musikverein Wina, Austria. 4 orang violinis dari Taiwan memainkan alat musik biolanya di sana, Su Shien-ta, Ouyang Hui-kang, Lin Hui-chun dan Lee Juin-ying. Mereka adalah musisi yang pernah mengenyam pendidikan musik dari maestro Mazer, bermula dari siswa sekolah hingga ada yang menjadi kepala sekolah akademi musik maupun dosen pendidikan musik, kini mereka telah sukses memimpin musik klasik di Taiwan.
Diplomasi Budaya Tarik Perhatian Kritikus Musik
“Orkestra Taipei Philharmonic dengan penampilan yang luar biasa, menciptakan puncak antusiasme, penampilan yang menawan, pengaturan yang terkontrol, dinamis dari setiap bagian pertunjukkan menjadi memori yang tidak terlupakan,” – tulisan Stephen Brookes di surat kabar harian Washington Post, Amerika Serikat pada tanggal 17 Juli 2006.
“Suara tampilan perdana orkestra Taipei Philharmonic di Boston Symphony Hall sangat menggemparkan, sungguh mengesankan dan berkesima”, – Richard Dyer di media The Boston Globe pada tanggal 10 Oktober 1995.
Setelah tampil di luar negeri, orkestra Taipei Philharmonic memperoleh pujian-pujian dari kritikus musik asing, nama TPO berkibar di panggung internasional.
Ketua pengurus TPO, Thomas Lai menjelaskan, penggalangan dana untuk kelompok musik mengalami banyak kendala, perjalanan ke luar negeri dapat diibaratkan dengan mengendarai mobil reyot, berpakaian compang-camping penuh dengan lika-liku perjuangan yang tidak mudah. Namun beruntung sekali pertunjukkannya mendapatkan penilaian baik dari kancah internasional dan ini menjadi sumber dukungan terbesar bagi mereka, karena pada masa itu, Taiwan masih belum begitu menerima TPO.
Penilaian dalam dunia musik klasik sangat serius, akan tetapi tata cara penilaian ini tidak dapat disamakan dengan penilaian dalam perlombaan bidang olahraga Olimpiade yang mencatat tata urutan peringkat, yang dapat dilakukan adalah tampil terus di atas pentas. Thomas Lai mengatakan, "Tidak ada standar baku untuk penilaian jenis musik budaya, semakin banyak mendapatkan pujian dari penilaian musik internasional maka membedakan segmen tingkatan untuk kelompok musik tersebut.”.
Setiap kali usai pertunjukkan seni musik di luar negeri, semua anggota merasa khawatir dan menanti-nanti komentar apa yang akan disampaikan media di keesokkan harinya. Biasanya usai membaca komentar pujian, mereka hanya merasakan kegembiraan sesaat, karena kemudian harus segera berkemas, berlatih mempersiapkan diri menuju ke negara berikutnya. Terkadang, untuk persiapan membutuhkan lebih dari ratusan orang, semua terpaksa harus berdesakan dalam ruang bus yang tidak begitu besar, masih ada lagi alat musik, menahan kondisi jetlag, kondisi yang melelahkan demikian kerap kali dialami oleh mereka. Bahkan untuk memenuhi kepuasan pendengar kawasan yang berbeda selera, masih perlu melakukan gladi resik dengan tablatur lokal, dengan segala daya upaya yang dilaksanakan semata-mata demi pertunjukkan yang sempurna.
11 September 2001, serangan teroris terjadi di Amerika Serikat, TPO mendarat di Finlandia untuk tampil di ibu kota Helsinki pada tanggal 14 September. "Dalam pertunjukkan saat itu, untuk mengekspresikan turut berduka cita atas musibah 11 September, dalam waktu singkat mencari tablatur lokal, berlatih dan menyisipkan hasil karya besar komposer Edvard Grieg dari Norwergia "The Last Spring", lagu yang menampilkan unsur kesedihan terdalam. Usai pertunjukkan, media setempat memberitakan secara panjang lebar. Duta besar kantor perwakilan Republik Tiongkok untuk Finlandia, Wu Ming-yen sangat berperan membantu terlaksananya pertunjukkan tersebut. Kemudian, kantor Kedutaan Besar Amerika mengirimkan surat apresiasi kepada kantor perwakilan setempat, dari peluang penampilan tersebut menjadikan TPO sukses dan kembali berkesempatan menuju ke Eropa Utara di tahun 2007.” Direktur Eksekutif Yu Bing-ching mengatakan, setelah orkestra ini mengunjungi banyak negara, semakin mengetahui kendala situasi diplomasi politik yang dihadapi ternyata begitu sulit, TPO dengan kekuatan manusia biasa mencari jalan keluar, mengupayakan kesempatan untuk tampil di panggung internasional, dapat dikatakan hasil yang diraih mendapat prestasi diplomasi budaya yang gemilang.
Karya Seni Taiwan Tampil Tanpa Batas
Ada yang mengatakan hasil karya musik modern dan lokal bagaikan racun penyebab tidak lakunya penjualan tiket konser, akan tetapi TPO sama sekali tidak pernah putus asa terhadap bidang yang satu ini, malah memberikan dukungan jangka panjang kepada komposer Taiwan. Tidak hanya menerbitkan karya seni musik di dalam negeri, melainkan juga membawa mereka ikut tampil di panggung internasional.
Karya Hsiao Thai-ran “Piano Concerto”, Ma Shui-lung dengan karyanya “Three Movements for Strings and Capriccio of Kuandu, karya Gordon Chin Shi-wen “Formosa Seasons” dan “Vision Valley”, dari hasil ciptaan lokal bersenandungkan suara klasik dan keunikan Taiwan, semua karya pernah ditampilkan di atas pentas internasional oleh Orkestra Taipei Philharmonic.
Selain itu, TPO juga giat mencoba berbagai kemungkinan untuk menampilkan pertunjukkan musik lintas batas membentuk aliran musik baru dalam kalangan budaya. Pada tahun 2007 meluncurkan konser musik drama Jepang “Nodame Cantabile” tiket konser laris terjual, penonton memadati ruangan bahkan masih meminta konser tambahan. Pada tahun 2008, konser musik animasi “Video Games Live” (VGL), membawa pemirsa menikmati tampilan seni lintas batas. Kemudian di tahun yang sama, tahun 2008 menjalankan program kerjasama seluruh dunia lewat online meluncurkan Orkestra Simponi Youtube, ditunjuk oleh Google untuk berpartisipasi dalam konferensi puncak simfoni musik perdana, yang tampil online di seluruh dunia.
Pada tahun 2015, Aula Konser Nasional menggelar konser amal “Bravo! Taiwan”, TPO lebih lanjut maju selangkah berkolaborasi dengan sanggar seni wayang potehi mendobrak suatu pertunjukkan lintas batas. Bersama komposer terkemuka, Chung Yiu-kwong dan sangar seni wayang potehi Hua-Zhou Yuan menampilkan karya inovatif “Raja Monyet: Sun Go-kong” tampil di National Theater and Concert Hall. Dalang wayang potehi trampil membawakan pertunjukkannya, selain perlu melihat layar, masih harus menyesuaikan dengan arahan tongkat dirigen TPO. Melalui sorotan video digital, mendengarkan alat musik tradisional suona dan pukulan gendang, diintegrasikan dengan instrumen perkusi lainnya, nada dari instrumen tiup dan musik senar, kedua pertunjukkan yang dapat dinikmati secara bersamaan membagikan seni klasik yang berbeda untuk puluhan ribu hadirin.
Pertunjukkan kali ini sukses dan mendapat sambutan yang meriah, kemudian akan dilanjutkan dengan konser berikutnya di Jepang pada bulan April 2017 mendatang. Direktur Eksekutif Yu Bing-ching mengatakan, pertunjukkan TPO selalu dikaitkan dengan Taiwan, karena TPO lahir dari kelompok masyarakat awam sehingga tidak terikat, TPO lebih dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman, kami menjadi interpretasi baru dalam musik klasik di sepanjang masa.
Pembinaan Benih Cinta Musik
Mengamati perkembangan musik lokal, berintegrasi dengan standar internasional agar musik Taiwan memiliki andil dalam tiket konser internasional. Ketua pengurus TPO, Thomas Lai secara khusus menyinggung, kegiatan terpenting Orkestra Taipei Philharmonic dalam beberapa tahun terakhir ini adalah kepedulian sosial
Pada tanggal 30 April 2016, digelar konser musik amal “Meraih bintang – Panggung Impian” di gedung serba guna pemerintah daerah Kota New Taipei, pihak panitia melaksanakan program kepedulian sosial yang dimulai dengan konsep ide program “Benih Cinta Musik – Sistema Taiwan”. Sejak tahun 2012, program ini telah membantu sekitar 700 orang anak-anak dari panti asuhan maupun lembaga pembinaan khusus anak dengan memberikan mereka pendidikan tentang musik. Orkestra Taipei Philharmonic berupaya sekuat tenaga memberikan sumbangsih, bergerak sebagai buku pelajaran yang penuh dengan vitalitas, lewat musik membantu anak-anak yang hilang untuk memperoleh rezeki batiniah dan harga diri.
Ketua pengurus TPO, Thomas Lai dengan tulus menyampaikan, adanya perbedaan deskripsi kegiatan bakti sosial di masa lalu yang memusatkan kepada kaum miskin dan lemah. Orkestra Taipei Phliharmonic mengharapkan dapat memainkan peranannya di bidang pendidikan seni budaya, “Lewat musik dapat memberikan pendidikan, memperkaya kepuasan rohani anak-anak, membagi kekuatan positip agar para musisi ikut andil dalam masyarakat.”
Mengenai praktek sumbangsih untuk kepedulian sosial, di awal tahun 2009 saat badai Morakot melanda yang menimbulkan bencana alam, TPO dengan mobilitas yang tinggi merancang program “siraman rohani” selama 30 pekan. TPO mempersiapkan anggaran dana untuk mengadopsi 448 anak korban musibah di wilayah Kecamatan Taoyuan, Kabupaten Kaoshiung. Berlanjut menebarkan kasih dan kepedulian, TPO mengharapkan agar semakin banyak anak-anak kaum lemah terbantu, membuka jendela harapan dalam hidup mereka.
Kebanyakan kota ternama di dunia memiliki perwakilan kelompok musiknya. Menjalani masa sulit selama 30 tahun, orkestra Taipei Philharmonic menjadi simbol budaya Taipei yang terindah. Tepuk tangan dan sorak-sorai penonton menjadi motivasi besar bagi musisi. Orkestra Taipei Philharmonic berharap di masa depan melanjutkan pertunjukkan yang gemilang, terus memainkan musik merdu orkes simfoni dan berbagi kegembiraan untuk para pencinta musik.