
嘉南平原北端,大林盛產稻米、地處交通要地,曾是嘉義的首富之區。昔日的熱鬧因產業變遷使得工作機會減少,人口外移而變得沒落。但小鎮不沉寂,仍有各路人馬努力著。大林鎮長黃貞瑜見到地方社區致力維護在地文化、推行健康飲食……,努力讓小鎮接軌國際,找出屬於大林的「慢」步調。
Suasana lembap masih terasa karena hujan yang sudah turun beberapa hari. Suara rintik hujan –“tik, tik, tik”- terus terdengar pada malam hari di hutan bambu. Panggilan suara katak pohon “Zhuluo” yang hanya dapat terdengar di Taiwan, terus menyapa di telinga.
Katak pohon mungil yang hinggap di pohon bambu memiliki panjang tubuh 4~8 cm dengan perut berwarna putih yang hanya ditemukan di Taiwan seakan-akan mengenakan jubah berwarna kuning kehijauan. Dengan postur tubuhnya yang kecil dan mata besar melotot, akan menggembungkan badannya sesaat sebelum memanggil, layaknya meniup permen karet. Keunikan inilah yang membuat banyak orang jatuh cinta dengannya.
“Di sinilah” tempat bertenggernya katak pohon terpadat se-Taiwan, yang disebut juga sebagai “Darling” atau “Milan kecil” tidak lain yaitu Kecamatan Dalin, Kabupaten Chiayi.
Terletak di bagian paling utara Dataran Jianan, Kecamatan Dalin mempunyai pemandangan dataran terbuka paling indah. Daerah penghasil padi dengan akses transportasi yang mudah, membuat Dalin pernah menjadi daerah terkaya se-Chiayi. Orang-orang dari berbagai penjuru bersinggah karena sebelumnya disini pernah ada 2 pusat latihan militer (Sekarang tinggal 1), tentu membawa banyak peluang. Namun itu keramaian di masa lalu, karena peralihan industri, lama kelamaan lapangan kerja semakin berkurang dan masyarakat-pun pindah ke tempat lain sehingga perlahan-lahan kota ini mulai redup.
Namun tempat ini tidak tinggal diam dalam kelarutan. Sekelompok orang ingin meneruskan sejarah Dalin. Ada juga yang ingin agar penduduk setempat menikmati makanan yang sehat dan bebas kimia. Ada yang ingin menyelamatkan bumi ini dengan menciptakan tempat yang hemat energi. Dan ada juga yang ingin mengembalikan suasana lingkungan seperti masa kecilnya yang penuh kicauan burung dan nyanyian merdu suara sang katak.
Kerja keras dari komunitas ini memusatkan kepada budaya lokal, makanan yang sehat, perlindungan lingkungan dan lain-lain, hal ini senada dengan semangat gerakan organisasi intenasional “Kota lamban”. Melihat hal ini, Walikota Huang Zhen-yu pun berusaha agar tempat ini bisa mengikuti arus dunia internasional, dengan bergabung dalam Cittaslow. Pada Juli 2016, beliau berangkat dan mengikuti rapat tahunan di Portugal, khusus untuk menerima penghargaan internasional karena Dalin terpilih sebagai kota lamban kedua yang ada di Taiwan.
Bioskop Tua Hidupkan Kota
“Waktu saya masih di 3 SD, setelah nonton film “Yes Sir” di Bioskop Wankuo, saya putuskan untuk menjadi seorang tentara”, tutur Jiang Ming-he dalam pembukaanya di acara TEDx Chiayi tahun 2015. Namun jodohnya dengan Bioskop Wanguo tidak berakhir sampai disitu saja.
6 tahun yang lalu ia memutuskan untuk pulang kampung, ia ingin anak-anaknya tumbuh di kampung halaman yang tercinta. Mengajak anak-anak muda untuk kembali dan tinggal kampung halaman adalah topik yang selalu mendapat perhatian darinya. Dengan meluangkan akhir pekan mempelajari sejarah dan budaya Dalin, akhirnya ia memutuskan untuk memulainya dari “Tempat yang memiliki kenangan didalam hati nubari setiap warga” yaitu
Bioskop Wanguo. Setelah mendapatkan ijin dari sang pemilik, ia mulai menulis proposal untuk mengumpulkan dana dan mulai merenovasi. Tempat yang telah bisu lebih dari 20 tahun itu, telah terlupakan dan rusak, namun pada tahun 2012 ia kembali bersinar dan mendapat perhatian masyarakat.
Budaya Di sela Lorong-Lorong Gang
Agar semakin banyak orang tahu tentang cantiknya Dalin, Jiang Min-he mengorbankan hari liburnya menjadi pramuwisata dengan mengadakan wisata Dalin setiap bulannya.
Keramaian masa lalu jalan tua Dalin dipenuhi dengan toko obat tradisional Tiongkok dan Barat. Seperti “Toko obat tradisional Tai Cheng” yang tersembunyi diantara gang dan lorong-lorong, oleh penduduk setempat diberi julukan sebagai “Rumah Dong Quai (sejenis ginseng)”, nama itu diberi karena generasi kedua pemilik toko obat ini dari hasil menjual herbal Dong Quai bisa membangun gedung itu. Sedangkan penerusnya yaitu generasi ketiga, Xu Kai-xing, menambahkan unsur “Budaya Kreatif”, para pengunjung bisa membuat kantong teh herbal dengan ramuannya sendiri. Selain itu, di pintu masuk juga masih terpampang alat-alat pemotong dan penggiling ramuan, menjadikan ini sebuah pengalaman yang berkesan bagi para turis.
“Toko arloji dan kacamata Shixin” adalah toko kacamata pertama di Dalin. Suami istri generasi kedua penerus toko ini, Zhuang Han-lin dan Cai Yu-wen, mencoba merubah penampilan interior lamanya, mempertahankan guratan lama di langit-langit dan dinding kapur serta sedikit disain ulang agar para pendatang merasa lebih nyaman. Dengan sajian segelas kopi diatas meja kayu, mereka ingin menciptakan suasana interaksi sesama yang nyaman, layaknya sebuah kacamata yang membantu kita melihat keindahan dunia.
Zeng Yan-zhu seorang bartender pensiun dari militer, memutuskan untuk membuka toko kopi pertama di kampung halamannya, “Big 10 Cafe” yang tersembunyi di antara gang. Ruang yang mungil itu di akhir pekan yang hanya dapat menampung 10 orang selalu penuh dengan pengunjung. Kebahagiaan pulang kampung yang didapatkan adalah setiap harinya bisa menikmati masakan ibu. Menyeduh segelas kopi untuk penduduk Dalin adalah impiannya.
Setiap toko-toko itu punya kisahnya sendiri. Tur kecil yang diadakannya hingga saat ini, telah berlangsung 5 tahun lebih. Tidak mengandalkan iklan, hanya disebarkan lewat Jejaring Sosial Facebook, sampai saat ini setidaknya sudah dikunjungi lebih dari 10 ribu orang dan mendapatkan sambutan yang baik.
Hidup Ramah Lingkungan
Terletak di Barat Daya Kecamatan Dalin, terdapat Komunitas Minghua yang terkenal dengan daerah yang warganya cinta lingkungan. Ketua Asosiasi Pengembangan Daerah, Jiang Zhi-hong, mengajak kita berkeliling melihat rumah bersejarah keluarga Marga Huang. Keunikan dari rumah ini adalah terdapat 3 lubang di atas atapnya, yang pertama di ruang dapur, meja makan, kompor dan wastafel. Di pagi hari berfungsi sebagai penerangan ruangan, ini merupakan salah satu contoh dari kehidupan yang ramah lingkungan. Selain itu juga ada Zhan Qing-chuan, seorang ahli tenun jerami. Ia adalah seorang autodidak dan kreatif, juga sosok pewarta gaya kehidupan yang ramah lingkungan.
Jiang Zhi-hong dalam tur komunitas ini mengendarai mobil golf bertenaga surya, dan bisa terlihat juga banyak rumah yang sudah memasang panel surya di atap rumah. Tidak hanya untuk kebutuhan sendiri, tetapi warga juga bisa menjual listrik ke Taipower, tentu menjadi salah satu sumber pemasukan keluarga setempat.
Taman Lahan Basah minghua, menampung 50% air limbah komunitas ini. Dengan kombinasi tanaman air dan cahaya, menghilangkan bakteri organik dan amonia yang ada dalam air, setelah dimurnikan kemudian dialirkan kembali ke sungai, menjadi sumber air untuk irigasi.
Kerja keras komunitas Dalin menjadikan lingkungannya lebih ramah dan menjadi nilai plus dalam penilaian Cittaslow.
Netralisasi Tanah
Telaga Shanglin seluas 6,7 hektar, merupakan lahan basah negara terpenting di Komunitas Shanglin, yang juga merupakan habitat bagi ikan cupang Taiwan, burung Berkik-Kembang Besar, katak pohon, elang dan beberapa jenis satwa yang dilindungi lainnya, namun dulunya tempat ini merupakan sumber air bagi kehidupan masyarakat sekitar.
Sebelumnya, pernah ada pengusaha yang ingin membuka peternakan angsa, namun warga setempat khawatir hal ini akan menimbulkan pencemaran lingkungan, oleh karena itu mereka bersama-sama menyampaikan keberatan dengan mengantungkan spanduk di kantor camat.
Ketua Komunitas Shanglin, Su Rong-shang sosok yang berambut cepak dan senyuman seperti anak-anak saat diwawancarai, sesekali melayangkan pandangan ke telaga seakan mencari kenangan, tapi tawa ceria memecahkan suasana ketika bercerita tentang pengalaman dimasa kanak-kanak saat mengusir burung dara dengan sobat karibnya. Walau demikian hatinya kerapkali gundah, karena ia tidak ingin telaga yang menyimpan kenangan indah itu dirusak.
Dengan nada sedih, dia mengatakan, “Air telaga ini telah menghidupkan kami. Sekarang ia terancam dan kini giliran kita yang harus melindunginya.”
Beruntung berkat musyawarah yang dikoordinasi oleh kantor camat berakhir dengan damai. Pengusaha angsa akhirnya mengurungkan rencananya dan bersama-sama membangun industri hijau.
Dari pengalaman ini dapat kita lihat, upaya yang sudah dilakukan bertahun-tahun oleh komunitas ini telah membawa hasil. Petugas patroli sungai yang mengetahui rencana ini lebih awal, segera menyampaikan kepada komunitas setempat. Keberatan warga telah mendapat perhatian dari kantor camat, sehingga mendorong instansi pemerintah untuk mencari jalan keluarnya, sampai akhirnya selain berhasil mempertahankan semangat kota lamban juga menunjukan kesuksesan komunikasi antara warga dengan pemerintah.
Pemandangan Indah Yang Mungil
Kala menginap di “Hola Family” yang teletak di komunitas Sanjiao, adalah tempat terbaik untuk menikmati pola kehidupan setempat. Pengacara Liu Jiong-yi bersama istri Xie Yuan-ling yang juga seorang guru, bersama-sama mengelola penginapan ini, juga merupakan yang pertama di daerah Dalin.
Sarapan harus anda siapkan sendiri, telur segar bisa anda dapatkan langsung dari kandang ayam. Sayur-mayur dipetik langsung di ladang. Ibu pemilik penginapan juga menyediakan buah-buahan yang ada di musim itu, sehingga sarapan yang dinikmati tentu sangat sehat karena tidak ada jarak antara tempat produksi sampai ke meja makan, ini adalah gaya “makanan lamban” (slow-food).
Di penginapan rumah warga ini tidak terpasang alat pendingin karena udara sejuk yang berhembus dapat menemani anda tidur dengan nyenyak. Irama suara katak di luar juga akan mendampingi mimpi tidur anda. Bayangan pohon bambu yang menerpa di atas tirai pada pagi hari sangat indah bagaikan sebuah lukisan.
Pada malam hari, ditemani Liu Yi-chang dari Asosiasi Pengembangan Budaya Chiayi Beishi, kami diajak mencari katak pohon. Saat berjalan di jalang setapak, dapat terlihat dengan jelas kunang-kunang yang sedang terbang menari.
Katak pohon (Rhacophorus arvalis) adalah spesies khusus di Taiwan. Dikarenakan lokasi pertama ditemukan ada di Chiayi, oleh karena itu dinamai “Zhuluo”, penduduk setempat menyebutnya “Si-peri hijau”. Katak Zhuluo juga sangat memilih lingkungan. Namun jejaknya sangat mudah ditemukan di Dalin, ini adalah bukti yang kuat keberhasilan perawatan lingkungan Dalin.
Untuk mencari Katak Zhuoluo harus bisa mendengar suaranya, tarikan suaranya memecahkan keheningan malam. Rupanya yang imut terlihat warna kuning-hijau menempel di atas batang bambu. Saat ia memanggil, mulut bawahnya mengembung seperti sedang meniup permen karet dan inilah membuat banyak orang terpesona dengannya.
Liu Yi-chang mengatakan, jika ingin mencari Katak Zhuoluo jangan takut tanah yang becek. Karena habitat katak yang mungil ini hanya bisa ditemukan setelah masuk ke hutan bambu tentu kesabaran sangat dituntut sebelum bisa menikmati keindahan suara dari si peri hiju.
Layaknya “Keindahan” Dalin-Chiayi yang luar biasa, baru bisa dinikmati apabila kita mengayunkan langkah dan hidup dengan lebih lamban. Begitupula hidup manusia.