Toko Es yang Bereksperimen dengan Bahan Lokal
Toko es “23.5 Cactus Sorbet” yang terletak di pusat Kota Magong, tidak hanya desain tokonya bergaya impresif, tetapi juga mengembangkan gelato dengan tekstur yang berlainan dari es krim tradisional. Hidangan penutup dingin berwarna cerah ini sangat menarik perhatian, terutama para wanita yang ingin berswafoto sambil mengangkat kerucut es krim dan tersenyum manis.
Toko es yang cukup viral di internet ini, sebenarnya hanya ingin menampilkan kembali “Es mutiara tapioka” (Es serut dengan bola tapioka) yang digemari bos, Xie Yu-ling semasa kecil. Tapi setelah mendengarkan usul dari teman-teman yang berpengalaman, ia pun mulai mencoba untuk mengembangkan “mutiara kaktus. ”
Warna jus kaktus akan memudar saat dipanaskan. Mutiara berwarna ungu-kemerahan berubah menjadi kecokelatan setelah direbus selama enam menit pada suhu 100°C, menghilangkan warna unik buah kaktus. Untuk mempertahankan warna asalnya, Xie dan mitra kerjanya mulai bereksperimen dengan melumatkan buah kaktus lengkap dengan kulit dan bijinya untuk dijadikan jus, kemudian merebusnya hingga konsentrat 26 kali lebih pekat daripada jus asli, lalu dipanaskan dan dikeringkan menjadi bubuk untuk membuat “mutiara”.
Karena tidak ingin mutiara kaktusnya berakhir sebagai penyedap minuman campuran yang murah, Xie memutuskan untuk menggunakannya sebagai bahan produk es serut, menaburkan mutiara merah di atas es sehingga pelanggan akan memerhatikan bahan yang sulit dibuat ini. Es kaktus di “23.5 Cactus Sorbet” dibuat hanya dari jus buah, air dan gula, tanpa pengemulsi tambahan. Oleh karena itu, ia tidak memiliki tekstur es krim yang kental dan lengket, yang terasa adalah butiran halus es, yang dengan cepat berubah menjadi jus buah, meninggalkan keharuman aroma buah yang samar di dalam mulut.
Selain es krim berwarna ungu-merah yang terbuat dari kaktus, toko ini juga menawarkan es rasa rumput laut berwarna hijau muda dan es rasa teh fengru berwarna cokelat muda (Fengru adalah ramuan Glossocardia bidens), semuanya dibuat menggunakan produk lokal khas Penghu. Xie Yu-ling mengenang, suatu kali ia mencoba mencelupkan es krim susu yang baru saja dibuatnya ke dalam bubuk rumput laut; dua rasa yang tampaknya kontras itu ternyata sangat serasi. Sementara itu, teh fengru yang memiliki tekstur encer, sepertinya tidak cocok digunakan untuk membuat produk es, tapi setelah Xie menghabiskan tiga hari berulang kali merebus dan mendinginkan campurannya, akhirnya menjadi kental.
“Saya berharap semua orang bisa datang untuk membeli es kaktus, membuatnya menjadi merek dagang khas Penghu. Memang persaingan cukup sengit, tapi dengan demikian baru ada kemajuan,” tegas Xie Yu-ling yang percaya bahwa es kaktus tidak hanya jajanan pedagang kaki lima saja, melainkan produk yang bisa dipasarkan secara global.
Xie Yu-ling, pemilik toko es “23.5 Cactus Sorbet” percaya bahwa es kaktus adalah produk yang bisa dipasarkan secara global.