Kampanye Mengakar ke Generasi Muda
Di Taiwan, sekelompok anak muda dengan kekuatan yang ada, mencoba menjawab tren vegan dunia. Meja yang dipenuhi oleh hidangan vegetarian, adalah buah karya koki Feng Pei-ge, yang setelah lulus S2 jurusan Ilmu Makanan di National Pingtung University of Science and Technology, sempat bekerja beberapa tahun di restoran vegetarian. Dengan mengandalkan kemampuannya sendiri, walau sempat gagal, namun perlahan ia mampu memadukan apa yang dipelajarinya di sekolah dengan bahan makanan yang sesungguhnya.
Kini, Feng Pei-ge selain menjadi guru bidang ilmu vegetarian, juga kerap muncul di layar TV untuk menunjukkan hasil karyanya. “Koki asing sangat pandai dalam hal penggunaan rasa pahit, sepat dan asam. Setelah dipelajari, ia menemukan bahwa rasa pahit dapat digunakan untuk mengeluarkan rasa sesungguhnya dan konvergensi bahan makanan. Rasa sepat digunakan untuk memuaskan dan memperkaya rasa makanan, sehingga terbentuk cita rasa makanan yang berbeda”, ujar Feng dengan mata berbinar saat membahas topik memasak, sehingga meninggalkan kesan mendalam bagi pendengarnya. Ini juga merupakan salah satu sikapnya menjawab tren vegan yang ada.
Selain itu, ada sekelompok anak muda yang menyusuri hingga masuk ke setiap sudut lorong untuk mempromosikan konsep veganisme dan hak asasi binatang. Misalnya koordinator “Vegan 30 hari”, Wu Zhi-hui, menggunakan waktu senggangnya, mengeluarkan uang dan tenaga, mengumpulkan rekan yang sepaham dan melakukan promosi di jalanan, mulai dari utara hingga selatan Taiwan. Penasehat komunitas Animal Rights Club di National Taiwan University, Jessi Chang, bersama dengan Dai Yu-sheng yang baru lulus dari National Taiwan Normal University, menggelar diskusi di sekolah-sekolah, membuka gerai dan kegiatan berbagi makanan vegetarian dengan yang lain.
Pengorbanan yang dilakukan oleh anak-anak muda ini, adalah demi sebuah idealisme yang konsisten, untuk bisa merasakan energi generasi muda. Seiring dengan tren vegan yang mendunia, sekalipun dalam sebuah restoran bistik di Berlin Jerman, tetap tersedia menu vegetarian. Belakangan ini restoran vegetarian banyak bermunculan di Afrika Selatan. Negara tetangga, Korea Selatan, selain semakin banyak restoran vegetarian, juga dapat menemukan kegiatan vegan setiap bulannya di Seoul. Taiwan juga tidak ketinggalan ikut dalam tren ini, dan diharapkan mampu menjadi pendobrak revolusi hijau di kawasan Asia.