Separuh Baya Tak Lepas Dari Pena
Menilik lembaran sejarah alat tulis Taiwan, pasti tidak ketinggalan nama SKB, seorang karyawan akrab dipanggil "Pakde Fu”, setelah lulus dari bangku SMA di tahun 1970 langsung bekerja disana, seakan-akan sudah ditakdirkan menjadi bagian dari sejarah perusahaan SKB.
Pakde Fu, yang tahun ini berusia 63 tahun, bertanggung jawab dalam proses sentrifugasi tinta, setiap harinya, ratusan isi bolpoin melalui olahan tangannya dan berulang kali mencelupkan isi bolpoin ke dalam cairan obat dan alkohol, dengan teliti mencuci bersih resapan noda tinta, setelah itu ditata rapi kemudian dikeringkan dengan lampu halogen kuning.
Ujung jemari tangan Pakde Fu kerap kali ternoda tinta biru. Eric Lin yang belum genap satu setengah tahun bekerja di perusahaan, sembari mengamati punggung karyawan senior ini, seraya tertawa berkata, "Tidak jelas apakah sekembali ke rumahnya, noda itu dapatkah dibersihkan atau tidak, karena esok harinya tangan beliau juga akan ternoda tinta lagi." Meskipun lahan pabrik SKB ini yang dulunya menjadi tempat istirahat para karyawan dan kini menjadi lahan parkiran, namun bagi Pakde Fu setiap detik kenangan pena SKB akan melekat dalam sanubari untuk selamanya.
Dari pulpen tinta, bolpoin dan lain-lain, tidak ada yang menyulitkannya. Mengenang kembali masa tahun 60an - 70an saat penjualan SKB melejit tinggi, pemilik perusahaan SKB mengirim karyawan ke Jepang melanjutan studi. Saat itu 500 karyawan bekerja dengan 3 shift, tanpa mengenal siang dan malam, 30 mesin terus beroperasi tak henti. Setiap hari setumpukan pena baru diproduksi, dipindahkan ke mobil kontainer langsung diantar ke stasiun kereta api untuk dipasarkan di wilayah utara.
Kebangkitan Tulis Tangan Hidupkan Pulpen Tinta
Akan tetapi, kini kejayaan telah pudar, pesaing SKB seperti Bismarck, Telex tidak lagi memproduksi pena, SKB menjadi satu-satunya perusahaan lokal penghasil pena yang tetap eksis.
Era tahun 90-an internet melejit dan munculnya dua krisis yakni pengurangan penggunaan kertas ditambah dengan angka kelahiran menurun. Perusahaan SKB selama ini bergantung kepada pasar pulpen harus memikirkan masa depan perusahaan. “Apakah harus terus bertahan di segmen pasar pena dengan harga terjangkau atau harus beralih ke pasar produk pulpen tinta harga tinggi?" ujar Eric Lin.
“Pena tidak seharusnya hanya sekedar ornamen alat tulis semata, akan tetapi dapat menjadi aksesoris yang menyenangkan." kata Eric Lin. Pada tahun 2012, SKB memutuskan untuk memanggil kembali staf ahli karyawan lama. Pulpen tinta tipe-22 didisain ulang dengan ukuran 3 inchi dan mudah dibawa, kemudian beberapa pulpen klasik yang pernah mendapat penilaian baik di masa lalu, kembali dihidupkan kembali dengan disain retro.
Penanggung jawab desain pena, manajer produksi SKB, Hugo Chen (陳皇谷) mengatakan, agar konsumen merasakan hangatnya masa lalu SKB, produk perdana yang diluncurkan memilih desain klasik bersejarah, dengan warna dan ukiran sederhana di bagian kepala pena. Sedangkan untuk jenis pena baru, mengkombinasikan unsur alami seperti kayu dan kuningan menjadi batang pena, menampilkan tekstur kelembutan.
Pulpen tinta kuningan yang mendapat penilaian baik, semula dibuat oleh tim desainer hanya untuk contoh produk. Suatu hari, Hugo Chen membawa pulpen tinta tersebut mengunjungi seorang dosen, kemudian pulpen tersebut memunculkan rasa keingintahuan sang dosen. Diluar dugaan ternyata pulpen yang memiliki warna dan tekstur alami ternyata memiliki daya tarik tersendiri. Kemudian Hugo Chen mendisain ulang tutup penanya dan tempat/dudukan pena ternyata juga mendapat sambutan yang baik dari publik.
Baru-baru ini, kegiatan menulis tangan kembali digandrungi, tentu SKB tidak ketinggalan. Sementara ini, penulis kaligrafi ternama Ethan Yeh (葉曄) dalam fanspage facebooknya menyajikan video belajar menulis kaligrafi dengan pena, terlihat ia mengenggam bolpen tinta 0,7 mm "Secretary". Eric Lin terkejut melihat Ethan Yeh menggunakan pena milik mereka untuk mengajar kaligraf. Dalam sebuah kesempatan Eric Lin bertemu dengannya, menanyakan mengapa menggunakan produk pena mereka? Ethan Yeh menjawab, "Tak ada alasan lain, karena pulpen ini sangat enak untuk menulis!”
Pensil "Rabbit" 88 Goreskan Masyarakat "Makmur"
Di Selatan Taiwan terdapat perusahaan Wen Ming Fountain Pen SKB, sementara di kecamatan Wujie, kabupaten Ilan di kawasan Utara terdapat pula pensil "Rabbit", merek ini sangat melekat hati setiap orang.
Pabrik "Rabbit Pencils School" yang memiliki unsur arsitek bangunan Jepang, sekarang dioperasikan sebagai pabrik produksi dan sebagian difungsikan sebagai pabrik wisata. Memasuki pabrik tua itu, mata anda akan tertuju pada pensil Rabbit 88 yang berwarna kuning, sebuah pensil klasik yang sangat akrab dengan masyarakat.
"Mulanya pensil ini diberi nama『88』(baca : ba-ba), dipilih karena mendekati homonim『發發』(baca: fa-fa) yang berarti "makmur"," penuturan dari pemilik generasi ketiga sekaligus Direktur Sekolah Rabbit Pencils, Tang Zhi-tian (唐志天) sembari menunjukkan contoh pensil klasik ini.
Desain yang sederhana, meskipun tidak terlihat istimewa, akan tetapi setiap bagian dari pensil ini dari pemberian nama hingga warna memiliki makna yang mendalam. Meskipun pensil "Rabbit" hanya seharga beberapa sen saja, namun di masa lalu yang serba kesulitan bagi kebanyakan masyarakat bisa memiliki pensil "Rabbit" bagaikan memperoleh barang berharga.
Produksi pensil "Rabbit" mencapai klimaks pada tahun 1970-an, setidaknya 20-30 jenis pensil setiap tahun dihasilkan. Kuantitas besar, ditambah lagi dengan persaingan domestik dan luar negeri, "Rabbit" tipe-88 berwarna kuning yang sederhana bagaikan di tengah samudera pensil, malah memberikan kesan mendalam bagi masyarakat.
Aku dan Dongeng "Rabbit"
Setiap orang memiliki sepenggal nostalgia bersama dengan kisah cerita pensil "Rabbit" yang telah menemani warga Taiwan selama beberapa dekade.
Saat Tang Zhi-tian menghadiri suatu seminar inovasi bisnis, di tengah forum pembawa acara meminta peserta untuk memperkenalkan perusahaan masing-masing. Matanya menatap suasana ruangan yang membisu seribu bahasa, ia mengangkat tangannya menawarkan diri untuk berbicara "Saya adalah Rabbit…." baru saja memulai percakapan, pembawa acara segera memotong pembicaraan Tang Zhi-tian, dengan semangatnya menceritakan nostalgia di masa kecil bersama pena "Rabbit". Waktu itu beberapa teman sekelasnya adalah Tiongkok Perantau dari Hongkong dan Makau, mereka memilih pena Rabbit untuk oleh-oleh. Setiap kali pulang ke negara asalnya selalu mempersiapkan satu atau dua kantong pena "Rabbit" untuk dibagikan kepada saudara kerabat mereka.
Tidak hanya sebagai cinderamata, di era saat mesin printer belum dikenal khalayak umum, bahkan mayoritas masyarakat menggunakan bolpoin bekas tidak bertinta untuk mengukir pelat baja. "Di masa itu, mata pena, berukuran lebih tebal dan berkualitas luar biasa." kata Tang Zhi-tian.
Bagi mereka kelahiran 50-an, 60-an dan 70-an, bolpoin "Rabbit" kerap kali identik dengan kenangan di masa kanak-kanak. Dengan melepaskan tutup pena berwarna biru, mengeluarkan isi penanya, menyumbat tabung bolpoin dengan kulit jeruk, kemudian sumpit dimasukkan dari sisi lain tabung pena, letupan bulatan kulit jeruk akan keluar dan jadilah sebuah mainan senapan angin kulit jeruk.
Aroma Pensil Kehangatan Si"Rabbit"
Hadiah dari guru yaitu sebuah tabung pena yang dipakai untuk meniup balon gel..., adalah kenangan bersama pena "Rabbit" yang meresap kuat di ingatan generasi kelahiran tahun 50-an, 60-an dan 70-an. Namun, Tang Zhi-tian mengharapkan agar anak-anak zaman sekarang yang pertama kali menyentuh pena "Rabbit" dapat ikut merasakan "kehangatan si-Rabbit”.
Pada era tahun 1990-an, bersama perusahaan Liberty dan Simbalion, "Rabbit" pernah menyandang sebagai merek perusahaan produksi bolpoin terbesar di Taiwan. Di era internet sekarang ini, krisis angka kelahiran menyebabkan penjualan pena menurun drastis, sehingga pada tahun 2008 dilakukan transformasi dengan membangun wisata pabrik "Rabbit Pencils School" untuk menarik perhatian masyarakat.
"Bagaimana proses pembuatan pensil? sebenarnya apakah pensil mengandung zat timah?” (ps. dalam bahasa Mandarin, pensil dibaca Chien Pi, Chien artinya timah) Serangkaian pertanyaan bermunculan, belum tentu mayoritas masyarakat mengetahui jawabannya. "Kujungi sekolah Rabbit Pencils, anda pasti akan mendapatkan jawabannya", ujar Tang Zhi-tian.
Dibandingkan dengan masa awal pembukaan sekolah Rabbit Pencils yang hanya menampilkan ruang pameran sederhana dan video pengantar, namun dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak kegiatan menarik seperti pendidikan jasmani, ketrampilan prakarya DIY dan lain-lain ditawarkan. Seakan-akan menciptakan nuansa layaknya sekolah, pabrik tua Rabbit berusia lebih dari 60 tahun dipenuhi dengan nuansa kelas di masa lalu, di pintu masuknya terdapat kantin sekolah dengan produk kreatif, tertata rapi pensil klasik dan jenis pena spesial yang baru saja diluncurkan. Karena dulunya, pabrik ini memang tidak terbuka untuk umum, maka sekolah Rabbit Pencils merancang rute kunjungan, anak-anak dapat melihat semuanya, dimulai dari wilayah pemilihan bahan, pemotongan kayu, pengeringan, menoreh dan membentuk, pengisian isi pensil.
"Setapak anda melangkah masuk kedalamnya, anda akan mencium aroma kayu, serta masih ada samar-samar aroma cat dari proses pengecatan pensil", ujar Tang Zhi-tian, ketika anak-anak memegang pensil maka dalam benak mereka akan teringat dengan aroma pensil.
Mengambil sebatang pena, secara perlahan menulis satu paragraf kata demi kata. Dirimu dan momen saat itu, kesan apakah yang tertinggal di tanganmu? Memori kenangan manakah yang teringat saat bersama penamu?