Memilih untuk Menetap di Tempat yang Kutinggalkan
Perusahaan Taiwan Metals resmi ditutup pada tahun 1987, tanpa adanya dukungan perindustrian, banyak warga desa tambang memutuskan pindah. Pemukiman pegunungan yang dulu makmur, termasuk Jinguashi, yang sempat dinamai “Shanghai Kecil” dan “Hong Kong Kecil”, sunyi dalam sekejap. Namun pada saat yang sama, ada juga yang menemukan keindahan pada keheningan pegunungan dan menetap.
“Ruifang sangat unik, ada gunung laut dan sungai, ada industri pertanian, perikanan dan pertambangan”, “Kala itu memutuskan untuk pindah ke Shuinandong, karena itu adalah tempat yang terindah di antara “Shui Jin Jiu”. Keindahan Shuinandong sangat mewah, dengan air terjun warna kuning emas, warna air laut ganda, peninggalan pabrik peleburan 13 lantai juga ada di sini”, ujar Shi Cen-yi dengan bangga.
Shi Cen-yi yang adalah pakar bidang lanskap, arsitektur, manajemen seni dan program budaya, menerapkan keahliannya di Ruifang. Ia sempat menjadi Kepala Gold Museum, bersama dengan masyarakat setempat membangun Shancheng Gallery. Beberapa tahun terakhir ini, ia baru membeli properti di jalan tua Ruifang, rumah tua direnovasi menjadi perpaduan antara kelas pembelajaran dengan hostel “Shintsuenfang”.
Penulis Vanya Lai dilahirkan di Jinguashi, ikut hijrah ke Taipei bersama dengan keluarga saat berusia 9 tahun. Namun ia tidak pernah bisa melupakan kampung halamannya. Kerinduannya berbisik dan memanggil dirinya untuk kembali ke kampung halaman. Ia yang dipekerjakan oleh perusahaan percetakan, justru mendapatkan banyak inspirasi dalam menulis saat berada di Jinguashi. “Perasaan akan kampung halaman memotivasi saya untuk maju bagaikan lokomotif”, kiasnya.