Profesor Tzeng Chyng-shyan dari Fakultas Ilmu Sains Hayati Universitas Nasional Tsinghua (National Tsing Hua University/NTHU) memulai penelitiannya di bidang taksonomi ikan, sebelum beralih ke bidang teknik lingkungan. Berangkat dari perspektif ikan, ia mencoba untuk membantu ikan-ikan bermigrasi dan menolong kepiting darat untuk menyeberang jalan. Ia merupakan pelopor dalam bidang konservasi sungai dan teknik ekologi di Taiwan.
Setiap awal bulan, sekelompok mahasiswa Universitas Nasional Tsinghua (NTHU) akan melakukan penelitian dengan berdiri di dalam Sungai Touqian, Hsinchu hingga sebatas pinggang, untuk melakukan survei ekologi terhadap tangga ikan di Bendung Long'en. Selain memantau kondisi kualitas air, suhu, kecepatan arus air, kadar oksigen dan tingkat keasaman, mereka juga harus menangkap ikan kecil, untuk mengidentifikasi jenis, mengukur panjang badan dan berat. Setelah itu, ikan-ikan kecil kembali dilepas ke air.
Mendesain Tangga dari Perspektif Ikan
Berdiri di tepi Bendung Long'en yang terletak di tengah-tengah Sungai Touqian, Profesor Tzeng Chyng-shyan menunjuk ke tanggul yang berada pada jarak sekitar 10 meter meter lalu menjelaskan, pada umumnya tata kelola sungai terbagi ke dalam 3 tahap. Pertama adalah pengendalian air, tanggul tinggi dibangun guna mencegah banjir. Kedua adalah pemanfaatan air, karena ketersediaan air di Taiwan tidak sama pada musim yang berbeda. Oleh karena itu, demi memenuhi kebuthan air warga, pengairan untuk pertanian dan industri, maka dibangunlah tanggul dan bendung, tanpa mempertimbangkan kepentingan makhluk hidup di dasar sungai.
Hingga beberapa tahun terakhir, kesadaran akan konservasi lingkungan meningkat. Suara untuk melindungi ekologi pun mulai diimplementasikan, dengan merenovasi dan membangun tangga ikan, guna membantu beberapa spesies untuk bermigrasi menyeberangi patahan bendungan, berenang kembali ke hulu untuk berkembang biak dan bertumbuh besar. Hal ini juga merupakan bentuk perhatian terhadap kebutuhan ekologis dan lingkungan lainnya, yang berfokus terhadap penciptaan lingkungan air. Ini adalah bagian ketiga dari tata kelola sungai.
Koridor ekologi yang terletak di samping Bendung Long'en Sungai Touqian adalah salah satu contohnya. Tangga ikan yang didesain menyerupai anak tangga tersebut dirancang oleh Profesor Tzeng Chyng-shyan bersama Profesor Shunroku Nakamura dari Jepang. Dari dekat akan terlihat kumpulan ikan yang tengah berenang bebas. Baginya ini merupakan karya yang membanggakan, “Tangga ikan yang Anda lihat ini didesain dua dimensi, setiap dinding pembatas ada yang dalam dan ada pula yang dangkal. Sama halnya dengan ketinggian rintangan yang berbeda-beda. Ini akan memenuhi kebutuhan lompatan ikan besar dan kecil yang bervariasi, saat mereka bermigrasi ke hulu. Area dengan busa yang banyak memperlihatkan air mengalir deras, hanya ikan berukuran besar dan mampu melompat kuat dapat menggunakannya.” Tim Tzeng Chyng-shyan telah melaksanakan survei ekologi di tempat ini selama bertahun-tahun, dan ada sekitar 30 jenis ikan dan udang yang hidup di area ini. “Tangga ikan ini dibangun dengan harapan dapat dipergunakan oleh berbagai jenis ikan. Desainnya harus berangkat dari perspektif spesies ikan yang bervariasi.”
Desain Tangga Ikan yang Sistematis
Saat ini terdapat lebih dari 300 tangga ikan yang tersebar di sungai-sungai Taiwan. Namun demikian, banyak dari tangga tersebut tergolong gagal di mata Tzeng Chyng-shyan. Ia pun dengan lugas menyampaikan faktor kegagalan tangga-tangga ikan tersebut, “Berangkat dari perspektif manusia untuk memenuhi kebutuhan ikan, sering kali tidak akan berhasil. ” Tangga ikan meliputi pintu masuk, bentuk fisik, dan pintu keluar, merancang tangga ikan harus disertai konsep yang sistematis. Setiap unit harus berfungsi dengan baik, agar tangga ikan dapat berjalan dengan sempurna.
Masalah yang sering dijumpai adalah sulitnya menemukan pintu masuk di dalam tangga ikan. Kemudian, desain jenjang di dalam tangga ikan itu sendiri, memiliki jarak yang terlalu besar tanpa mempertimbangkan kemampuan lompatan ikan, aliran air terlalu deras, dan kurangnya ruang untuk istirahat, semua ini juga menjadi faktor utama yang menentukan gagal atau suksesnya tangga ikan.
Melakukan survei ekologi terlebih dulu sangatlah penting, untuk mengetahui siapa yang menggunakan tangga ikan, sehingga bisa dihasilkan rancangan yang sesuai, dan jangan lupa keberadaan para predator yang mengintai setiap waktu. Berdiri di pinggir Bendung Long'en, Tzeng Chyng-shyan menunjuk ke burung kuntul perak yang berdiri di atas bendungan. “Di sekitar sini ada banyak burung kuntul perak, untuk mencegah mereka berdiri di tengah tangga ikan memangsa ikan, menilik dari panjangnya kaki burung kuntul perak, maka kedalaman tangga ikan setidaknya harus lebih dari 35 CM, dengan demikian ikan-ikan tersebut baru aman.”
Tzeng Chyng-shyan yang memahami banyak tentang detail proyek, tetapi sebenarnya ia memulai karier di bidang taksonomi.
Dosen yang “Gemar Menunda”
Tzeng Chyng-shyan menyukai sebutan dosen “gemar menunda” yang ditujukan kepada dirinya. Sejak kecil, ia berkeinginan untuk menjadi mekanik sepeda motor, tetapi akhirnya ia bergelut dalam Jurusan Oseanografi. Ketika menempuh pendidikan pascasarjana, ia menerima saran profesor pembimbingnya untuk menekuni dunia ikan air tawar dan sejak saat itu jejak kakinya ada di hampir seluruh sungai Taiwan. Jumlah peneliti ikan air tawar terbilang sedikit dan lebih sulit, karena harus terjun ke lapangan, mendaki gunung-gunung serta alam liar untuk mengumpulkan bahan riset. Sebelumnya, Tzeng Chyng-shyan pernah menyurvei jumlah populasi Formosan Landlocked Salmon (Oncorhynchus Masou Formosanus) di Taman Nasional Shei-Pa. Sambil bertelungkup di Sungai Qijiawan, satu persatu ikan dihitungnya. Ini berlangsung selama 26 tahun.
Sebenarnya, keahlian Tzeng Chyng-shyan adalah pada bidang taksonomi ikan, di awal kariernya ia ingin memahami jumlah dan jenis ikan yang ada di sungai-sungai Taiwan, serta mempelajari relasi kekerabatan ikan Taiwan dengan ikan-ikan di negara lain, seperti Tiongkok, Jepang dan Filipina. Metode penelitiannya adalah mengidentifikasi karakteristik fisik ikan, seperti sisik, kerangka tulang dan sirip. Sampai di tingkat doktoral, Tzeng Chyng-shyan berguru kepada ilmuwan Academia Sinica, Huang Ping-chien, untuk mempelajari bagaimana membandingkan kemiripan sekuens DNA antara spesies yang berbeda, serta memahami hubungan kekerabatan dan jarak genetika.
Tzeng Chyng-shyan menjadikan Formosania Lacustre sebagai objek penelitiannya. Ia pun menjadi peneliti pertama di dunia yang berhasil menuntaskan pengurutan keseluruhan genom mitokondria, yang merupakan kontribusi besar bagi dunia akademik.
Menjembatani Ikan-Ikan dengan Proyek
“Tujuan utama dari taksonomi adalah untuk penerapan akademik. Namun demikian, setelah melakukan penelitian lapangan selama bertahun-tahun, kami menemukan jumlah ikan di sungai semakin berkurang, barulah kami sadari ternyata proyek irigasi yang tidak tepat akan merusak ekologi terus menerus.” Teknisi tidak memahami ekologi, sebaliknya pakar ekologi tidak mengerti teknik konstruksi, sehingga bencana ekologi yang ditimbulkan pun susah dihentikan. Tzeng Chyng-shyan kebetulan bertemu dengan tokoh kunci restorasi tangga ikan asal Jepang, yakni Shunroku Nakamura, yang mengingatkan Tzeng Chyng-shyan, “Pakar ikan seharusnya menjelaskan kepada orang-orang teknik, dari sudut pandang apa proyek harus dikerjakan, agar tidak membahayakan lingkungan.”
Bersama dengan Shunroku Nakamura, Tzeng Chyng-shyan mulai mempelajari pengetahuan terkait tangga ikan, misalnya studi survei dan mekanika fluida, serta bagaimana berkomunikasi dengan para teknisi. Dengan pengalaman bertahun-tahun yang dimiliki, Tzeng Chyng-shyan yakin bahwa setiap desain atau modifikasi tangga ikan yang dikerjakannya akan menjadi proyek yang sukses, seperti Bendung Zhongzhuang di Sungai Dahan, Taoyuan, Bendungan Ma'an di Sungai Dajia, Taichung dan Bendung Jiji di Sungai Zhuoshui, Nantou.
Temukan Jalan untuk Terus Hidup
Berbekal 35 tahun lebih pengalaman meneliti tangga ikan, Tzeng Chyng-shyan selalu membagikan pengalamannya kepada sesama. Ia pernah berkunjung ke Provinsi Qinghai, di Tiongkok dan mengajar warga Tibet membuat tangga ikan. Setiap tahunnya ia membantu ratusan juta ekor ikan pulang untuk bertelur dan melestarikan sumber daya ekologi Danau Qinghai.
Tzeng Chyng-shyan juga memerhatikan keberadaan kepiting Eriocheir Hepuensis di Sungai Touqian, ia pun kemudian mengamati kebiasaan dan pergerakan dari kepiting tersebut. Saat merancang tangga ikan, ia secara khusus membuat rentetan-rentetan celah saluran air di dinding samping, kemudian menambahkan tali rami untuk memudahkan kepiting-kepiting memanjat dan melintasi bendung.
Tzeng Chyng-shyan memperoleh dukungan dari proyek pendanaan Keep Walking pada tahun 2017, yang kemudian membawanya menuju Manzhu, Pingtung, sebuah kawasan yang langka sumber daya. Di sana, ia membantu para sukarelawan membangun koridor ekologi untuk melindungi kepiting. Dikarenakan proyek pengembangan jalan, setiap musim panas tiba, kepiting-kepiting betina yang hidup di hutan pinggir gunung harus menyeberangi jalan menuju ke laut sambil membawa telur mereka. Nahasnya, kepiting-kepiting tersebut sering terbunuh saat menyeberangi jalan. Demi menolong kepiting, Tzeng Chyng-shyan mengerahkan kemampuannya, mengajak para siswa untuk merancang, merakit, memantau, memeriksa, dan mengerjakan sistem koridor ekologi yang aman bagi kepiting darat. Karena alasan inilah, majalah National Geographic memberi gelar kepada Tzeng Chyng-shyan sebagai salah satu penjelajah Tionghoa terbaik tahun 2017.
Pada tahun 2018, Tzeng Chyng-shyan kembali dipercaya oleh Kantor Manajemen Taman Nasional Kenting dan di saat yang sama membantu Biro Pusat Jalan Raya (THB) mendesain sistem koridor ekologi untuk kepiting darat di jalan pesisir pantai Provincial Highway 26. Ia menggunakan dinding kanvas ditambah dengan tali pemanjat di gorong-gorong bawah tanah, dengan sukses menciptakan koridor kepiting dengan hasil yang sangat memuaskan. Sayangnya, proyek ini terpaksa mandek karena banyaknya faktor yang tidak dapat dituntaskan pada pertengahan tahun 2019. Menanggapi hal ini, Tzeng Chyng-shyan hanya bisa menghela nafas panjang menyayangkannya, “Setiap upaya tidak ada yang sempurna, tetapi selalu ada ruang untuk memperbaiki. Kita harus menjadikannya sebagai pengalaman dan jangan pernah menyerah.” Tzeng Chyng-shyan mengetahui dengan jelas jika banyak ikan di luar sana yang membutuhkan koridor ekologi, “Jika Anda mengetahui ikan membutuhkannya, lakukanlah dan upayakan proyek tersebut berhasil dibangun. Ini baru tindakan nyata yang benar-benar dapat menyelesaikan masalah.”
Setelah meneliti jenis ikan sekian lama, Tzeng Chyng-shyan sering dibuat terharu oleh ikan. “Mereka benar-benar luar biasa!” Ia mengutip cerita dari mendiang Presiden Chiang Kai-shek yang mengamati ikan-ikan saat sedang berjuang berenang ke hulu. “Saya pernah berkunjung ke Zhejiang untuk berdiskusi dengan para pakar ikan setempat dan mengonfirmasikan jika fenomena ikan berenang ke hulu memang pernah ada. Sayangnya, karena dampak pencemaran lingkungan, fenomena ini sudah tidak mudah terlihat.”
Dari ikan-ikan, Tzeng Chyng-shyan melihat semangat yang tidak terpatahkan oleh ragam kesulitan dan motivasi kerja keras yang tiada hentinya. Dari diri Tzeng, kita juga melihat sosok ahli ekologi yang sangat mencintai alam, dengan semangat dan hasrat belajar yang tak kenal lelah.