Hari Minggu di pertengahan bulan Juli, di aula seba guna Stasiun Kereta Api Taipei, di bawah sinar matahari yang menembus dari langit-langit aula yang transparan, berkumpul orang-orang duduk di lantai membentuk lingkaran kecil, ada yang berbicara, tertawa, menikmati makanan, dengan suasana gembira. Hari itu merupakan minggu pertama umat Islam setelah menunaikan Ibadah Puasa. Sekitar hampir 60 ribu orang TKA memenuhi Stasiun Kereta Api Taipei, Relix Band dari Indonesia juga membawa alat-alat musik mereka, menyanyikan lagu ciptaan mereka sendiri, merayakan Lebaran bersama dengan meriah layaknya merayakan Tahun Baru Imlek.
Berdasarkan data statistik Departemen Tenaga Kerja bulan Agustus 2015, saat ini terdapat 580 ribu orang TKA di Taiwan, apabila dipilah berdasarkan negara asal, yang terbanyak adalah tenaga kerja asal Indonesia, berjumlah sekitar 240 ribu orang di seluruh Taiwan. Para Tenaga Kerja Asing di Taiwan, selain berprofesi sebagai pekerja migran, masih adakah kehidupan menarik yang mereka dialami?
Relix Band adalah grup yang dibentuk dari 5 orang pria yang mencintai musik, dengan memanfaatkan waktu luang setelah pulang kerja, berkutet diantara 8 tangga nada, mereka meraih impian musiknya.
Musik Mempersatukannya dalam Grup Band
Relix Band terbentuk pada tahun 2006, setelah para anggota tiba di Taiwan, mendapati bahwa mereka memiliki minat yang sama sehingga membentuk sebuah grup band. Pada tahun 2009, karena kontrak kerja telah selesai, sebagian anggota harus kembali ke tanah air.Anggota grup band saat ini telah mengalami dua tahap penggantian anggota. Saat ditanyakan mengenai asal muasal nama grup ini, Haris, salah satu anggota berkata, “Relix diambil dari kata Relic, dan mengubah huruf terakhir c menjadi huruf x, dengan begitu terasa lebih keren.” Relic memiliki arti peninggalan sejarah, barang peninggalan, barang pusaka, dalam peninggalan barang kuno, seringkali tersembunyi jejak semangat humanisme dan waktu, mereka berharap dengan menggunakan nama Relix, anggota grup band dapat mewariskan semangat musik, dan tetap mempertahankan semangat dan kekuatan.
Haris adalah vokalis grup band, yang juga sebagai keyboardist di generasi pertama grup Relix, dia juga berasal dari keluarga musisi, sejak kecil belajar piano. Pada usia 15 tahun, ia mulai menciptakan lagu, kebanyakan lagu grup Relix merupakanhasil karya dari Haris.
Dody adalah anggota grup band yang usianya paling tua, dulu pernah bekerja di Korea selama 2 tahun. Dody yang berambut panjang lurus, meskipun kurang begitu fasih mengucapkan bahasa Mandarin, namun dia memiliki ketrampilan memainkan drum, keahlian ini dia pelajari sendiri. Istrinya yang bernama Atik, merupakan manajer Relix Band, membantu menerima hal-hal yang berkaitan dengan pertunjukan Relix Band.
Vicky adalah anggota grup band paling muda, yang juga merupakan anggota grup band generasi pertama bersama dengan Haris dan Dody, Vicky yang hebat bermain gitar, juga memiliki anggota keluarga yang menggemari musik, danb ergelut di bidang yang berkaitan dengan musik. Vicky datang bekerja ke Taiwan demi mencari nafkah, beruntung ia bertemu dengan teman-teman yang memiliki hobi yang sama, sehingga dapat melanjutkan impian musiknya.
Henky yang pada mulanya adalah seorang pemain bas, memiliki bakat musik. Dia mahir memainkan berbagai alat musik, sehingga dia bisa menerima misi sebagai pemain keyboard Relix Band, namun karena kontrak kerjanya sudah selesai maka belum lama ini dia pulang ke tanah air. Pemain keyboard saat ini adalah Anggi, yang juga merupakan saudara kandung Haris. Haris terlebih dulu datang bekerja di Taiwan, dan karena Relix Band kekurangan seorang pemain keyboard, maka dia mengajak adik kandungnya untuk bermain musik bersama-sama di Taiwan.
Sekarang Relix Band masih kekurangan satu orang anggota, Tian, si pemain bass karena kontrak kerja telah selesai jadi harus pulang dulu ke Indonesia, proses pengajuan permohonan untuk kembali bekerja ke Taiwan memerlukan waktu; Atik selaku manajer Relix Band mengatakan, ketika menghadapi situasi kekurangan pemain, hanya dapat meminta teman untuk menggantikan. Meskipun batas waktu kerja TKA telah diperpanjang, namun perubahan anggota tetap merupakan situasi yang sering dihadapi oleh grup band.
Selain Bekerja, Selebihnya Untuk Musik
Mereka datang ke Taiwan sebagai pekerja buruh, rata-rata jam kerja berkisar 10~12 jam per hari, 6 hari dalam satu minggu, kadang-kadang akhir pekan juga harus lembur, dengan gaji sekitar NTD 20 ribu, dengan waktu istirahat yang terbatas, mereka mengisi waktu luang hidup mereka dengan bermusik.
Akun facebook vokalis Haris sering berbagi rekaman video saat dia bernyanyi dan bermain musik sendiri. Ada kala diiringi dengan keyboard, lagu berirama pelan dengan lirik lagu yang sangat mendalam, ada kala bersama rekan lainnya, bernyanyi dengan iringan gitar dan drum. Dia telah menulis 50 buah lebih lagu, dan yang telah merampungkan sekitar belasan buah lagu, Haris terlebih dahulu merekam video demo untuk anggota grup band, setelah anggota grup band tahu benar dengan melodi yang diinginkan, mereka kemudian mencari kesempatan membahas bersama bagaimana cara penyampaian lagu yang paling baik.
Meskipun banyak undangan pentas panggung, namun dana subsidi pertunjukan tidak banyak, oleh karena itu, semua dandanan anggota saat manggung dikerjakan oleh Atik. Selain itu, biaya pengeluaran grup band juga tidak sedikit: Biaya sewa ruang kecil untuk berlatih saja, memerlukan biaya NTD 350 per jam. Agar dapat lebih berinteraksi dengan para pengemar band, mereka membuat rekaman CD dan DVD “Waktu” dengan biaya sendiri. Biaya ruang rekaman juga tidak murah, mulai dengan harga NTD 1500 per jam. Dengan biaya sendiri pula, mereka membuat T-Shirt khusus untuk dibagikan kepada anggota komunitas grup. Anggota band sedang giat menabung supaya dapat membeli alat musik yang lebih baik.
Kelompok pria yang berumur 20 tahun lebih ini, selain perlu membiayai kebutuhan keluarga, mereka juga berusaha keras menyisihkan sedikit uang untuk mewujudkan impian musik mereka.
Menyanyikan Lagu Sendiri
Kebanyakan lagu yang dibawakan oleh Relix Band adalah hasil ciptaan sendiri, dengan tema cinta sebagai tema utama, lagu-lagu cinta yang dinyanyikan menuliskan suasana hati pria muda yang sedang menjalin cinta, seperti lagu “Pergi Untukku Kembali,” adalah lagu cinta yang menggambarkan dua sejoli yang enggan untuk berpisah, dan berjanji akan kembali. Sedangkan lagu “Hanya Kamu” menggambarkan perasaan dua sejoli yang sedang di mabuk cinta, saat sang perempuan sedang bersedih, maka sang pacar akan sangat cemas, bak semut di atas kuali panas, mencoba berbagai cara untuk mencari tahu penyebab sang belahan hati bersedih hati. Lagu “Selalu Merindumu” adalah lagu sedih yang berirama pelan, menggambarkan suasana hati cinta sepihak, saat tengah malam tiba, berharap si dia juga memiliki perasaan rindu yang sama seperti dirinya.
Relix Band menggabungkan musik POP, Rock, Dangdut, Blue. Gaya musik Dangdut mengambil ciri khas musik Arab, India dan Melayu, dan menggabungkannya menjadi satu, yang menjadi trend musik kalangan muda muslim pada tahun 1970 –an, hingga akhir tahun 1990 musik ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat luas, musik Dangdut modern saat ini juga menggabungkan musik Latin, House musik, Hip-Hop, R&B dan Reggae. Lagu popular Relix Band yang berjudul “Cemberut” adalah lagu yang menggabungkan musik dangdut ke dalam hasil karya mereka, dengan bass sebagai alat musik utama, berirama cepat dan ringan. Lirik lagu menggambarkan si pria yang tidak ingin wanita yang dicintainya bermuka cemberut, berusaha menggoda supaya sang wanita menjadi senang, meminta wanita jangan bermuram durja, mendengarkan irama yang riang, tanpa sadar tubuh bergoyang mengikuti irama.
Relix Band juga pernah ikut dalam acara “Menyanyi Empat Arah”, yang merupakan acara menyanyi hasil kerjasama Global Workers' Organization Taiwan, Lasixi Video Studio dan Koran Empat Arah, panitia membawa mikrofon dan kamera ke jalan, dan meminta TKA bernyanyi. Di acara tersebut Relix Band menyanyikan lagu ciptaan mereka sendiri yang berjudul “Aku Cinta Indonesia,” lirik lagu menuliskan: “Dari Sabang hingga Merauke” (Sabang merupakan kota bagian paling Barat dan Utara Indonesia, sedangkan Merauke merupakan kota bagian paling Timur Indonesia, sehingga arti dari Sabang hingga Merauke dari bahasa Indonesia adalah mencakup keseluruhan wilayah Indonesia), yang sejajar dengan khatulistiwa, memiliki tanah yang subur dan beragam budaya, adalah Negaraku Indonesia,…”. Lagu ini menggambarkan kerinduan sang petualang yang berada di negara rantau akan kampung halamannya, lagu ini sering dinyanyikan di acara hari perayaan Indonesia, TKI bersama-sama mendengarkannya bernyanyi bersama, seakan-akan dimanapun kita berada, kita tetap dapat berkumpul bersama.
Pantang Menyerah Meraih Impian Musik
Saat ditanya apakah juga mendengar musik yang dibawakan penyanyi Taiwan? Haris mengatakan dia menyukai lagu berirama pelan Jay Chou, lalu ia menyenandungkan lagu grup band May Day yang berjudul “Meninggalkan Permukaan Bumi”, dengan bahasa mandarin yang kurang begitu fasih menyanyikan lagu “Degup jantung yang berdegup keras….”.Tian, pemain bass dan rekan kerja berkewarganegaraan Taiwan pernah pentas dan menyanyikan lagu Chang Chen-yue yang berjudul “Kebebasan”. Grup band Relix juga sering berbagi lagu ciptaan terbaru mereka di internet, Atik manajer Relix Band sering merekam saat mereka berlatih dan meng-ungah video rekaman tersebut dalam fans Facebook Relix Band. Menelusuri video rekaman Relix Band yang ada di situs jejaring sosial atau penonton yang berada di bawah pentas, menggerakan kedua tangan mengikuti irama, lagu berbahasa ibu yang dinyanyikan Relix Band menghapus rasa rindu para penonton pada kampung halaman, musik yang menenangkan hati setiap petualang di negeri asing.
Tidak peduli bahasa apa yang digunakan, tidak peduli berada di kampung halaman atau di luar negeri, juga tidak peduli cara yang digunakan, musik tidak mengenal batas. “Musik adalah bagian dari hidup saya yang tidak terpisahkan”, kata Haris. Musik senantiasa merupakan fokus utama dalam hidup setiap anggota band, mereka juga berharap jika kelak kembali ke Indonesia, tidak perlu lagi bekerja ke luar negeri. Di Indonesia, grup band mereka dapat terus menghadirkan kegembiraan, menenangkan hati para pengemar musik.
Ruang latihan yang disewa oleh Relix Band telah habis waktunya, di luar ada grup band lain yang menunggu, kedua grup band saling menyapa dan berjabatan tangan dengan ramah, ternyata mereka juga berasal dari Indonesia, grup band tersebut belum begitu lama terbentuk, bahkan masih belum memastikan nama grup band. Dalam ruangan yang kecil tersebut, dapat diketahui, TKA yang berada di Taiwan, selain berprofesi sebagai pekerja migran, mereka juga memiliki banyak impian yang ingin diraih. Seperti yang diucapkan Haris, “Jangan pernah menyerah, perbaiki kesalahan dan teruslah melangkah.”