Karisma Seorang Jagoan Berbagi Kemenangan
Lin Yun-ju disukai oleh para penggemarnya karena citranya yang sangat santun. Sebuah kalimatnya menjadi viral ketika ia menjawab pertanyaan wartawan sesaat usai pertandingan 4 besar nomor tunggal putra di Olimpiade Tokyo, Lin Yun-ju ditanyai wartawan bagaimana kesannya terhadap rivalnya, Fan Zhendong, jawabnya “Apakah saya berhak mengomentari dia?” Sikap merendah ini telah memenangkan rasa simpati mutlak bagi Lin Yun-ju, sedangkan di Taiwan, ia bahkan oleh para penggemarnya dijuluki sebagai “teman kelas si kecil Lin”, “cucu kesayangan rakyat”.
Kecuali mendapat undangan untuk menghadiri beberapa kegiatan umum, Lin Yun-ju tidak terlalu memedulikan citranya sebagai tokoh masyarakat, dia jarang mengunggah tulisan di Facebook, bahkan foto di Instagramnya pun hanya beberapa saja. Sikap kedua orangtuanya yang juga rendah hati adalah sosok pahlawan di balik layar yang tidak perlu diragukan lagi. Ayah Lin Yun-ju, yakni Lin Xue-yi adalah seorang profesor di Jurusan Industri Hiburan dan Promosi Kesehatan, National Ilan University. Lin Xue-yi yang sangat paham dengan kondisi sektor olahraga dalam negeri tersebut pernah menyampaikan harapannya dalam sebuah wawancara di masa lampau. Ia menuturkan, agar masyarakat bisa lebih memperhatikan pemain awal selain atlet berkaliber tinggi, atau tim yang berada di belakang atlet tersebut.
Lin Xue-yi sering berkelakar mengatai dirinya adalah “pelayan” yang mendampingi Lin Yun-ju, juga dengan rendah hati mengatakan, “Di masa kecilnya, kamilah sebagai (orang tua) mendampinginya, sekarang ia sudah menjadi atlet profesional, digantikan oleh sekelompok orang yang menyertainya, yang berbagi kemenangannya, agar kariernya bisa berjalan lebih jauh lagi.” Hubungan kekeluargaan yang penuh pengertian dan cinta kasih, tentu saja memengaruhi karakter Lin Yun-ju.
Dari para anggota tim yang setiap hari mendampingi Lin Yun-ju, kami mengetahui citra kepribadian Lin Yun-ju di mulut mereka tidak banyak berbeda dengan kesan yang dilihat publik, termasuk kesan seperti “sifat mudah bergaul”, “walau menjadi atlet no.1 di Taiwan, tetapi sama sekali tidak sombong”, “bergaul dengannya seperti teman akrab tanpa ada tekanan”, bahkan “Lin dianggap sangat memperhatikan anggota tim” dan “sering mentraktir mereka” serta julukan lainnya.
Dalam Kitab Lun Yu (Analekta Konfusius), terdapat sebuah kalimat: “Sifat lugas hendaknya seimbang dengan sikap keramah-tamahan agar menjadi orang yang santun”. Pengertian ini sangat cocok untuk dipakai melukiskan seorang atlet, ketika kita menonton pertandingan sengit dalam pesta olimpiade, dari jenis olahraga apapun, atlet negara manapun, begitu mereka terjun ke arena pertandingan, maka mereka sepatutnya menjadi jagoan, tetapi untuk menjadi atlet yang bisa mengentaskan sosoknya keluar dari batasan jenis negara dan bangsa serta berhasil memukau masyarakat dunia, ini bukan kemenangan sesaat saja, melainkan karena penampilannya selama berkiprah dalam arena pertandingan. Semangat dan sikap yang berimbang dengan teknik permainan Lin Yun-ju, bagaikan perumpamaan kalimat tadi, ia seperti orang santun yang memukau penonton dengan kecemerlangannya.
Di arena pertandingan Lin Yun-ju penuh konsentrasi, tapi sebenarnya ia lugas dan suka berbagi kebahagiaan atas kemenangannya dengan anggota tim.
Citra Lin Yun-ju yang lugas dan sopan mendapatkan tempat di hati para penggemarnya.