Di suatu kala, manusia mencatat sejarah dan evolusi kebudayaan menggunakan empat harta pembelajaran -- kuas, tinta, kertas dan batu tinta. Kemajuan zaman, alat-alat di atas meja tersebut telah digantikan oleh komputer, gadget atau gawai dan produk-produk elektronik konsumen (3C) lain. Hanya perlu tekan tombol buka, kita bisa mengetahui apa saja yang terjadi di dunia tanpa harus meninggalkan rumah satu langkahpun. Dari sini lahir pula banyak aksesori dan produk samping alat tulis serta komputer yang telah memanjakan pengguna, dan mendorong majunya merek Taiwan ke gelanggang internasional dengan menghadirkan produk yang sering memenangkan hadiah desain.
ASUS baru saja mencatat rekor baru dengan memenangkan 15 hadiah desain secara keseluruhan untuk produk-produknya dalam event Red Dot Awards 2016 di Jerman. Hadiah tersebut dimenangkan dari 5.214 produk dari 57 negara yang ikut berkompetisi. Selain itu, ASUS juga membawa pulang 13 hadiah dalam iF Design Awards 2016 di Jerman, salah satu dari tiga event top desain di dunia. Beberapa tahun terakhir, ASUS semakin mengutamakan pengalaman pengguna dalam filosofi desainnya dan memfokus pada desain sebagai salah satu komponen kunci bagi perkembangan bisnis. Diintegrasinya kerajinan tradisional dan teknologi informasi ke dalam desain mereka telah mengglobalisasikan pasar produk perusahaan 3C asal Taiwan itu dan meraih banyak penghargaan internasional bagi ASUS.
Sebagai merek komputer pribadi terbesar ketiga di dunia, ASUS menaruh perhatian besar pada perkembangan Pusat Desain-nya. Satu demi satu produk berdesain khas yang diciptakan telah meningkatkan citra merek ASUS, yang sebaliknya tidak henti-hentinya meninggikan penjualan.
Kerajinan dan Desain
ASUS mengintegrasi desain berorientasi kerajinan ke dalam produknya sejak 2011 melalui diluncurkannya komputer laptop ringan lini ZenBook.
ZenBook sendiri meminjam inspirasi dari astetik zen. Tampilan dengan pola berulang lingkaran konsentris di atas penutup brushed-aluminium adalah merek dagangnya sepanjang beberapa generasi produk. ZenBook generasi pertama memiliki konstruksi unibody yang terbuat sepenuhnya oleh aluminium, sementara generasi kedua menambahkan elemen kaca dikeraskan sehingga tampak lebih ramping dan mengkilap. Untuk generasi ketiga, ASUS memanfaatkan teknik aplikasi warna keramik serta teknologi pemotongan berlian untuk menampilkan garis reflektif di sisinya. Teknologi untuk semua desain ini berasal dari pengusaha Taiwan sendiri untuk menjamin bahwa produk final bisa sedapat mungkin sama dengan visi originalnya.
Selain dapur pacu komputer yang umum diperhatikan konsumen, ASUS yang berusaha giat menjadi merek komputer terkemuka di dunia, tahu bahwa menaruh perhatian besar pada desain produk adalah suatu penampilan mencapai kesempurnaan.
Loewy Chen Yi-ting, direktur desain di ASUS, telah lama bekerja dalam desain dan perkembangan ZenBook. Menurut Chen, “Desain membawa semangat baru untuk suatu merek. Filsafat desain ASUS berawal dari manusia. Kami merancang setiap produk dengan unsur manusia sebagai pertimbangan utama. ASUS adalah sebuah merek global karena pendesain kami memandang desain dari segi komprehensif dan manusia.”
Memegang ZenBook 3 yang akan segera dirilis, Chen membandingkan reaksi konsumen terhadap sebuah laptop dengan reaksinya terhadap sebuah mobil. Sebuah laptop menarik perhatian pembeli sejak pertama kali dibuka, sementara sebuah mobil memikat melalui bentuknya. “Waktu” adalah tema utama desain laptop ASUS. Dipandang dari samping, ketika dibuka dan ditutup, ZenBook bagaikan jarum jam; sedangkan standar kesenian yang dicurahkan ke dalamnya tidak berbeda jauh dari kesenian jam dan arloji.”
ASUS juga meneruskan sifat “tipis” yang dimiliki setiap generasi ZenBook. Tebal generasi pertama adalah 17 mm, generasi kedua 15,5 mm, dan generasi ketiga adalah 12,3 mm, laptop paling tipis saat pertama diluncurkan. Sekarang, dengan tebal 11,9 mm, ZenBook 3 bahkan lebih tipis dibandingkan produk rivalnya Apple. “Yang kami usahakan adalah beberapa milimeter itu. Desain kami menampung semua kompononnya di sebuah bodi langsing, yang dari luar kelihatan bagaikan satu potong metal saja. Teknik yang kita pakai untuk menciptakannya, boleh dikata adalah suatu kesenian.”
Chen mengatakan, industri IT biasanya lebih memprioritaskan spesifikasi dan kecepatan perangkat keras dibandingkan desainnya. Tapi, suksesnya ASUS dalam daya kompetisi internasional justru adalah berkat kombinasi antara teknologi dan komitmen pada desain. Salah satu contoh adalah seri pro-gaming. Selain memiliki kecepatan, desain uniknya adalah faktor penting diraihnya dominasi 40% di pasar global.
R&D Materi Kembangkan Koneksi bisnis
Produk 3C telah menjadi salah satu fitur penting dalam lanskap meja tulis modern. Teknologi dengan materi dan penampilan baru telah mempengaruhi barang-barang tradisional seperti lampu meja, kotak penyimpan barang dan lampu senter.
Setelah berpisah dengan ASUS, Pegatron bertransformasi dari pemanufaktur kontrak menjadi pensuplai jasa desain, dan mendirikan merek berorientasi desain kelas atas sendiri. Diberi nama Pegacasa, merek ini bertujuan mendorong terjalinnya hubungan lebih erat antara perusahaan kelas atas dan bawah melalui R&D materi serta desain, dan menawarkan kesempatan bagi Taiwan untuk membangun kekuatan teknologinya.
Produk rumah seri Pegacasa Renaissance menerangkan filosofi desainnya: mengintegrasi budaya dengan teknologi dan menemukan keseimbangan antara materi natural dan astetik desain.
Direktur desain Pegatron Alain Lee menerangkan, tim Pegacasa memutuskan menciptakan sebuah aksesori meja tulis sebagai produk pertamanya. Mempertimbangkan bahwa manusia modern sekarang bekerja lebih panjang dan menghadapi kebutuhan bisnis lebih merumitkan, timnya menargetkan desain barunya pada ekonomi pengalaman. “Kami coba menciptakan desain yang tidak hanya berwajah canggih, juga bisa mengisahkan cerita,” jelas Lee.
Tim Pegacasa memilih bambu sebagai materi utama seri Renaissance, memakai kombinasi lebih dari empat jenis bambu alamiah untuk menampilkan desain serat dan garis.
Salah satu produk yang meraih penghargaan Good Design Award 2015 dari Chicago Athenaeum adalah lampu meja tulis LED. Terbuat dari bambu ma, tangan lampu bambu letak saklar dayanya ini hanya terdiri dari satu ruas, dan sepenuhnya mengintegrasikan lampu LED sehingga kelihatan bagaikan menyala dari dalam rongga bambu.
Lampu senter “Torch” adalah karya lain dari Pegacasa. Badan bambu moso lampu senter tersebut dikarbonisasi, diberi warna dan dikeringkan; kontak ujung batereinya berlapis emas; sinarnya bisa menerangi bangunan setinggi enam tingkat; dan dia memfitur sebuah saklar dengan tuas yang bisa berputar dengan mulus.
Lee mengatakan, “Upaya mencari materi, desain dan manufaktur semuanya serba dinamis, perancang dan pengrajin bambu saling mempengaruhi dalam prosesnya. Produk akhir mengintegrasikan desain mekanik dan elektronik, dan menonjolkan ketrampilan kerajinan bambu di Taiwan.”
Untuk menemukan bambu berdiameter 2,5 cm yang dianggap paling nyaman dalam genggaman manusia untuk sebuah lampu senter, pendesain dan pengrajin bambu dengan susah payah mencarinya di jalan kecil di pegunungan. Justru karena proses ini, banyak pengrajin bambu berusia lanjut meraih kembali energi untuk meneruskan keseniannya.
Terdorong oleh kepercayaan Chairman T.H. Tung bahwa setiap hal dan barang mengandung makna moral tersendiri, Pegatron mencurahkan banyak energi pada riset materi, kemudian mencari perusahaan kecil dan menengah dengan teknologi yang dibutuhkan untuk menghidupkan desainnya. Dalam prosesnya, mereka menciptakan kesempatan baru bagi pengrajin tradisional untuk mengekstensi keseniannya dan mengintegrasikannya ke dalam teknologi.
Pegatron berpegang pada standar tinggi kendati hanya mendesain barang sesederhana sebuah kasus ponsel dalam suatu proyek yang akhirnya menghasilkan kerja sama dengan sebuah pabrik produk karbon ditempa di Taichung. “Pengalaman sejenis ini membuat kami mampu menawarkan layanan desain lebih ekstenstif kepada pelanggan,” kata Lee. “Pengalaman ini juga bisa dipakai dalam produk IT bersangkutan lain dan membuat pelanggan kita meyelami teknologi baru serta kemampuan R&D kami.”
Aksesori Meja Tulis Inovatif
Di atas meja tulis modern, kita masih sering menemukan elemen lama, namun konsumen semakin tertarik pada produk-produk yang menggabungkan corak budaya dan sisi kreatif pada aksesori meja tulis tradisional. “urban prefer” yang diciptakan YOW!design dari Taiwan adalah salah satu merek yang menargetkan pasar tersebut dan dengan sukses mengembangkan arena globalnya.
YOW!design didirikan pada 2007, dan mulai memasarkan produknya melalui agen di Hong Kong, Jepang, wilayah Benelux, Thailand, Perancis dan Inggris pada 2009. Mereka kemudian diundang oleh Harrods, department store terkemuka di Inggris, untuk membuka booth, dengan sukses mendirikan fondasi untuk distribusi internasional dan meraih pengakuan bagi produk-produknya. Dan sebenarnya, aksesori inovatif urban prefer meraih perhatian dari banyak pendesain dalam pameran perdagangan NY Now Agustus lalu.
YOW!design juga meraih keberhasilan dengan empat produk yang didaftarkan untuk mengikuti kompetisi desain pada 2014. Mereka mencakup stapler lini “easy”, rautan pensil SUMO, charger mobil dual USB DAWN, dan power bank portabel multifungsional MATE. Secara keseluruhan, produk-produk ini memenangkan sepuluh hadiah desain dalam dan luar negeri, termasuk Red Dot dari Jerman, Good Design dari Jepang, IDEA dari Amerika Serikat dan Golden Pin dari Taiwan sendiri.
Direktur YOW!design Chris Huang meluncurkan urban prefer dengan tujuan menciptakan sebuah merek yang berfokus pada desain, yang sadar akan cara konsumen memakai produk mereka, dan yang sungguh-sungguh mengatasi masalah yang muncul. Untuk saat ini, tim muda perusahaan tidak hanya menangani desain aksesori meja tulis, juga produk untuk kebutuhan travel.
Stapler “easy” yang diluncurkan pada 2014, misalnya, mengadopsi desain tuas ganda sehingga membutuhkan tenaga jauh lebih sedikit untuk dipergunakan ketimbang stapler-stapler lain yang ada di pasar saat ini, juga memiliki fitur laci staple yang bisa dengan mudah dibuka dengan cara menekan bagian ujung stapler. Lini “easy” mempunyai empat model, termasuk satu yang berbentuk sepatu hak tinggi, satu dengan laci ekstra besar, dan satu lagi yang didesain untuk memenuhi standar Eropa dan Amerika Utara. Salah satu model, stapler datar yang disebut Atomo, sekarang bisa dibeli di toko cideramata di Museum of Modern Art, Kota New York. Selain itu, stapler model tanpa stapler dari urban prefer telah menjadi bahan pembicaraan banyak orang.
Menciptakan Kesempatan Baru
Chris Huang mengutarakan, urban prefer berusaha keras untuk bekerja sama dengan pemanufaktur Taiwan, mencari pesanan untuk perusahaan di setiap tingkat rantai produksi. Menurutnya, mereka mengadopsi cara ini karena membangun kemampuan manufaktur dari awal sampai akhir akan menjadi tantangan besar, dan mereka hendak meyakinkan bahwa masyarakayat umum bisa menikmati produk mereka dengan harga terjangkau.
Salah satu produk urban prefer lain, rautan pensil SUMO, mudah dikenal melalui bentuk segitiganya yang dirancang sedemikian rupa karena efeknya menghemat energi pengguna. “Segitiga adalah bentuk stabil. SUMO bisa berdiri dengan stabil, nyaman dipakai oleh tangan besar dan kecil. Ini dicapai melalui komunikasi jangka panjang antara pendesain dan pemanufaktur, meski hanya mendiskusikan materi yang dipakai untuk bagian luarnya.”
Mengenai prospek di masa depan, Huang berharap perusahaannya bisa menawarkan kesempatan bagi konsumen untuk langsung membeli produk mereka melalui internet, dengan demikian menciptakan desain yang bahkan lebih sesuai dengan kebutuhan pasar.
Banyak teknologi desain kelas dunia masih tersembunyi di pabrik-pabrik di berbagai pelosok Taiwan, menanti untuk dikembangkan melalui desain produk komputer dan aksesori alat tulis melalui kombinasi kebudayaan lokal, ekonomi pengetahuan, teknologi IT dan banyak tenaga lunak Taiwan lain. Ketrampilan desain ini telah menciptakan banyak kesempatan baru bagi prindustrian Taiwan, juga menghasilkan dimensi baru bagi nilai kunci perusahaan Taiwan dan membuat mereka lebih kompetitif.