Pendampingan Teknologi: Titik, Garis, Bidang
Menitikberat pada sisi perluasan, selain siswa dapat belajar mandiri di rumah, platform Junyi juga mendorong agar guru di sekolah dapat memanfaatkan materi pendidikan Junyi di dalam kelas.
“Seperti doktrin ‘Shi Shuo’ (Discourse on Teacher) yang ditulis oleh sastrawan kuno Han Yu bahwa guru berceramah untuk memberikan pencerahan. Sebagian besar guru masa lalu berorientasi pada pengajaran, Junyi berharap dapat menggantikan peran guru pengajar, agar guru bertransformasi menjadi ‘pelatih,’ sehingga menghasilkan semakin banyak pendampingan dan bimbingan, guru semakin memiliki banyak waktu untuk berceramah, mengajarkan siswa tentang metode dan sikap belajar, mencari solusi agar kendala dan permasalahan siswa dapat terpecahkan.”
Tanpa melupakan apa yang pernah dipelajari di fakultas kedokteran pada masa lalu, Ray Lu mengatakan, guru pengajar layaknya seorang dokter, di dalam kelas mendiagnosis permasalahan dan menetapkan posisi yang tepat, memanfaatkan materi pendidikan Junyi, menganalisis poin penurunan atau kelemahan siswa, sehingga ada semakin banyak ruang untuk menerapkan diferensiasi dan pengajaran remedial, memperbanyak aktivitas pengalaman. Sebagai contoh melibatkan siswa dalam diskusi tematik atau mengadopsi metode pembelajaran berbasis pada permasalahan yang dihadapi (Problem Based Learning, PBL), melalui teknologi membawa transformasi pendidikan. Ini adalah fenomena pendidikan berteknologi yang secara langsung mengubah pendidikan tradisional di dalam kelas, tidak lagi menerapkan metode pengajaran satu arah, “guru berceramah, siswa mendengarkan”.
Suntikan Dana dari @Google
Ray Lu sangat terobsesi dengan Khan Academy, pada tahun 2014 ia terbang ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan sang idola, Salman Khan. Saat Akademi Junyi menjalani pertukaran internasional, selanjutnya juga mengundang pencetus Flipped Learning Network (FLN) Amerika, John Bergmann dan CEO Silicon Schools Fund, Brian Greenberg untuk berkunjung ke Taiwan. Kedua inovator pendidikan melihat dengan nyata, bagaimana Akademi Junyi mengajar dalam kondisi anak-anak yang kurang termotivasi untuk belajar di sekolah pedesaan yang terpencil, lalu mereka berdua sangat yakin dan menegaskan Taiwan adalah pemimpin inovasi pendidikan di Asia.
Pada tahun 2018 Akademi Junyi terpilih menjadi organisasi pertama yang mendapat dukungan finansial dari tim Google.org, yaitu suntikan dana senilai US$ 1 juta selama dua tahun, maka Junyi akan mempercepat pemberian bantuan kelas bimbingan belajar bagi kaum lemah. Sejauh ini ada sembilan lembaga swadaya masyarakat yang mendukung pembelajaran ini, melalui pelatihan dan pemberdayaan, membimbing anak-anak untuk belajar sendiri.
Masing-masing siswa memiliki satu tablet yang berfungsi sebagai perangkat belajar.