Inovasi Berkesinambungan Perpaduan Timur & Barat
Efek Tang Prize ke-3 Meluas
Penulis‧Esther Tseng Foto‧Chuang Kung-ju
Juni 2019
「唐宋社會變遷的最終結果,就是擴大庶民的力量。」第3屆唐獎漢學獎得主斯波義信接受《台灣光華雜誌》專訪時指出,這個庶民的力量不僅支撐唐宋對抗蠻夷,營造唐宋文明發展,並且帶動福建一代華人往海外移動,造就今日華僑的貢獻。
“Pencapaian terbesar dari transformasi yang terjadi pada masa dinasti Tang dan Song adalah kekuatan rakyat jelata semakin meluas.” Seorang peraih Tang Prize ke-3 kategori Sinologi bernama Dr. Yoshinobu Shiba menerima wawancara eksklusif dari majalah《Taiwan Panorama》dan ia menyampaikan, rakyat jelata, selain adalah kekuatan yang mendukung dinasti Tang dan Song untuk melawan barbarisme, juga telah membantu mengembangkan perabadan di era dinasti Tang dan Song serta pemberdayaan masyarakat Tionghoa etnik Fujian dan sekitarnya melalui imigrasi, hingga mewujudkan kontribusi masyarakat Tionghoa di masa sekarang ini.
“Tang Prize”juga dikenal sebagai penghargaan Nobel Asia. Pada bulan September lalu, delapan orang peraih Tang Prize ke-3 berkunjung ke Taiwan untuk mengikuti serangkaian acara penganugerahan dan seminar. Atas inisiatif dari peraih Tang Prize ini, mereka melibatkan diri dalam riset penelitian tentang ancaman yang ditimbulkan akibat perubahan iklim; pengembangan terapi target (targeted therapy) pengobatan penyakit kanker; menampilkan pencapaian ekonomi dan sastra di era dinasti Tang dan Song serta menunjukkan betapa penting dialog tentang hukum, kebebasan dan demokrasi serta penyampaian sudut pandang dan nilai-nilai yang bermanfaat pada abad ke-21.
Menyandang predikat sebagai penghargaan bertaraf internasional, mantan Ketua Komisi Konstruksi Umum Yuan Eksekutif, kini menjabat sebagai CEO Tang Prize Foundation, Dr Chern Jenn-chuan mengemukakan bahwa pada tahun 2012 Tang Prize dimodali dan dirintis oleh pengusaha Taiwan Samuel Yin, untuk memberikan pendanaan menyokong penelitian ilmiah dasar dan sastra. Perbedaan Tang Prize dengan penghargaan Nobel adalah dalam menanggapi perkembangan dan tantangan dunia saat ini, Tang Prize menempatkan pemberian penghargaan untuk kategori Pengembangan Berkesinambungan, Biofarmasetika dan Aturan Hukum, serta menempatkan penghargaan kategori Sinologi yang menonjolkan nilai-nilai dan diferensiasi budaya antara Timur dan Barat.
Dr. Yoshinobu Shiba: Kekuatan Masyarakat yang Luar Biasa
Salah seorang dari kedua peraih Tang Prize kategori Sinologi kali ini yaitu Dr. Yoshinobu Shiba yang lahir di Tokyo Jepang, adalah seorang pakar ekonomi terkemuka di dunia, selain itu ia masih menyandang gelar sebagai tokoh representatif sastra Sinologi Jepang. Kini di usia 88 tahun, ia mendalami penelitian tentang sejarah ekonomi era dinasti Song, sejarah bisnis dan masyarakat perantauan Tionghoa. Penelitian tersebut telah dilakukannya selama lebih dari enam dasawarsa.
Saat menerima wawancara eksklusif dari majalah《Taiwan Panorama》 di Grand Hotel, Dr. Yoshinobu Shiba membeberkan penelitian sinologi yang dilakukannya adalah pengaruh dari orang tua, “Semula saya menjalankan riset penelitian sejarah ekonomi Jerman, namun orang tua saya beranggapan karakter Kanji selalu menjadi bahasa asing serapan yang kerap kali digunakan oleh Jepang, maka menggunakan karakter Kanji akan lebih kuat dan mengena jika dibandingkan dengan bahasa Jerman; ditambah lagi saudara dari ibu bekerja di bidang penelitian komunitas masyarakat Tionghoa, saat berkumpul di rumah tak jarang kami membahas kunjungan dinas ke Daratan Tiongkok yang menyenangkan, hal ini membuat saya semakin tertarik untuk mendalaminya.”
Saat menghadapi masalah, Dr. Yoshinobu Shiba selalu menggunakan jari tangan menopang dahinya dan berpikir sejenak baru menjawab, menurutnya hasil mutakhir dari transformasi dinasti Tang dan Song, dapat didefinisikan dengan sebuah kalimat yakni memberi kekuasaan kepada rakyat. Revolusi industri Eropa pada abad ke-11 baru memberikan kekuasaan bagi masyarakatnya, sementara Jepang baru mengejar ketertinggalannya pada masa pemerintahan Shogun Tokugawa. Dibandingkan dengan Tiongkok, perubahan sosial telah terjadi pada era yang lebih dini dan berskala besar, inilah faktor penting pendukung kemajuan peradaban dinasti Tang dan Song di abad ke-8.
Ia mengutip sebuah contoh, di pertengahan era dinasti Tang, prajurit bayaran yang dikerahkan mencapai lebih dari jutaan orang, guna memenuhi kebutuhan pasukan prajurit dan kuda yang memerlukan persediaan masif, maka pemerintah menyerahkan pekerjaan ini kepada pengusaha lokal dan portir darat dan sungai untuk menguasai lapangan, kondisi ini dapat menghadang serangan bangsa nomadik Khitai dan Jurchen, selain itu strategi ini juga semakin mempertinggi status kaum pedagang. Konstruksi kanal pada Dinasti Sui membuat produk lokal dapat dipasarkan hingga ke berbagai pelosok di seluruh negeri. Pada masa tersebut muncul sebanyak 28 jenis produk khas berkualitas di antaranya “Tapestry” dari Chengdu dan porselin “Ding ware” dari Dingzhou. Kaum pedagang memanfaatkan produk lokal dan selisih harga konsumsi untuk mengumpulkan profit menambah kekayaan mereka.
Dr. Yoshinobu Shiba mengkristalisasi silsilah pengetahuan tentang peradaban dinasti Tang dan Song, sungguh luas dan sangat luar biasa. Di akhir wawancara, Dr Yoshinobu Shiba mengungkapkan tujuan kehidupan manusia yang paling penting yaitu “Tidak menerima pengaruh luar, bersikap kukuh mempertahankan tujuan” terutama pada era tahun 1970an berawal dari penelitian sinologi, pada masa tersebut terjadi Revolusi Kebudayaan di Tiongkok, ditambah tren menganut paham Marxisme yang melawan paham Kapitalisme, hal ini menyulitkannya untuk mengumpulkan data-data perniagaan dalam penelitiannya, bahkan riset yang dijalankan bertentangan dengan arus aliran ideologi, tetapi ia tetap berpegang teguh akan niat awal dan terus maju melangkah.
Forum Master, Penerang Dunia
Tang Prize Foundation bekerja sama dengan berbagai organisasi akademis internasional terkemuka, menghelat seminar Tang Prize (Tang Prize Lecture) agar manfaat Tang Prize dapat menjalar luas ke seluruh pelosok dunia, sekaligus meningkatkan visibilitas Taiwan di panggung internasional. Sebagai contoh pada tahun 2016 Tang Prize Foundation bersama International Union of Biochemistry and Molecular Biology (IUBMB) melakukan penandatanganan sembilan perjanjian kerja sama, mensponsori pertemuan internasional yang berhubungan dengan biokimia atau biologi molekuler serta mendanai biaya perjalanan bagi periset muda untuk menghadiri konferensi internasional, membina potensi sumber daya manusia yang profesional dan kreatif di dunia kesehatan.
Pada tahun 2018 pertemuan akbar IUBMB ke-24 berlangsung di Seoul, Korea, sebelum pemberian penghargaan Tang Prize berlangsung, dalam acara tersebut turut hadir Tasuku Honjo seorang peraih Tang Prize ke-1 kategori Biofarmasetika yang baru saja memenangkan Penghargaan Nobel bidang kedokteran untuk menjadi narasumber seminar Tang Prize yang dihadiri lebih dari 2.500 pakar ilmu hayati dan bioteknologi. Dalam seminar, Tasuku Honjo berbagi pencapaian imunoterapi untuk perawatan penderita kanker.
Pakar dan Pemula
Tidak hanya menyerukan kepada dunia internasional, di sisi lain Tang Prize Foundation telah menetapkan pendanaan bagi peraih penghargaan untuk menginspirasi kalangan pelajar Taiwan baik universitas maupun sekolah menengah atas (SMA), yayasan ini berkoordinasi dengan pihak sekolah menyelenggarakan serangkaian Tang Prize Master Forum, bertujuan menurunkan warisan intelektual yang bermakna.
Dua peraih Tang Prize untuk kategori Pengembangan Berkesinambungan yakni James E. Hansen dan Veerabhadran Ramanathan memaparkan isu permasalahan perubahan iklim di National Central University (NCU) dan National Chung Hsing University (NCHU). Sementara peraih Tang Prize kategori Biofarmasetika, pencetus terapi target yaitu Tony Hunter dan Brian J. Druker berbagi tentang kendala yang dihadapi selama penelitian, serta terobosan yang dicapai kepada para mahasiswa di National Taiwan University (NTU) dan China Medical University (MCU). Dr Yoshinobu Shiba peraih Tang Prize kategori Sinologi memaparkan ceramah tentang “Jing” (artinya lingkungan) vihara dan organisasi masyarakat Tionghoa pada masa pemerintahan kuno Tainan di National Cheng Kung University (NCKU) di Tainan; Pemenang lainnya untuk Tang Prize kategori Sinologi, Stephen Owen berceramah santai di National Taiwan Normal University (NTNU) mengenai kendala yang dihadapi dalam penelitian Sinologi masa dinasti Han hingga dinasti Tang. Joseph Raz, peraih Tang Prize kategori Aturan Hukum menerima undangan menghadiri seminar pembahasan esensi hukum di National Cheng Chi University (NCCU).
Peraih Tang Prize kategori Pengembangan Berkesinambungan, yang juga adalah seorang mantan Direktur Institut Goddard Penelitian Antariksa Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA), James E. Hansen mengangkat topik “Dunia Generasi Muda: Menciptakan Masa Depan Sendiri” (Young Peoples’s World: Making Your Future) di depan lebih dari dua ratus pelajar dari Sekolah Menengah Atas Afiliasi National Taiwan Normal University (HSNU). Setelah itu, para pelajar muda bertanya tentang ideologi, kebijakan energi Taiwan, masalah pengembangan nuklir dan mereka mendapat penjelasan dari pakar.
Manfaat Hadiah Tang Prize Meluas
Setiap peraih Tang Prize menerima hadiah uang senilai NT$ 50 juta, dari angka tersebut senilai NT$ 10 juta dialokasikan sebagai “Hadiah pendukung” dan wajib digunakan untuk penelitian, dengan demikian manfaat Tang Prize baru dapat menjalar. Cara demikian dianggap mampu melengkapi karena sebagian besar ajang penghargaan terkemuka hanya diperuntukkan bagi tokoh-tokoh sukses, sebaliknya mengabaikan pelajar muda yang semestinya perlu mendapat dukungan, hal ini sangat disesalkan. Sebagai contoh pada tahun 2014 peraih Tang Prize ke-1 kategori Sinologi, Yu Ying-shih dengan hadiah penghargaan yang diperolehnya dialokasikan sebagai “Hadiah Penghargaan Penelitian Sastra Yu Ying-shih” untuk periode lima tahun yang dimanfaatkan sebagai dana bantuan bagi pelajar muda untuk penulisan buku dan disertasi tentang penelitian sinologi dan perkembangan peradaban manusia.
Peraih penghargaan kategori Pengembangan Berkesinambungan ke-1, Gro Harlem Brundtland menyumbangkan setengah dari hadiah penghargaan yang diperoleh senilai NT$ 5 juta untuk organisasi konservasi Milgis Trust di Kenya yang menjalankan tugas perlindungan binatang gajah; setengah dana lainnya dialokasikan untuk membentuk Gro Brundtland Award, dengan memercayakan National Cheng Kung University (NCKU) menghelat kegiatan “Pembangunan Berkesinambungan Pekan Wanita Gro Brundtland (Gro Brundtland Week of Women in Sustainable Development) selama tiga tahun berturut-turut, memilih ilmuwan wanita di negara sedang berkembang untuk berkunjung dan mengadakan tur seminar di seluruh Taiwan, agar para ilmuwan dari negara berkembang mampu merasakan potensi dan pengalaman Taiwan serta menciptakan integrasi internasional.
Sementara ini Dr. Yoshinobu Shiba selaku Ketua Pustakawan Museum Toyo Bunko dengan keahliannya dalam penelaahan sejarah yang kompleks secara mendetail, ia membeberkan perencanaan alokasi hadiah penghargaan senilai NT$ 5 juta untuk digunakan sebagai dana subsidi penelitian, sebagian uang hadiah lainnya akan didonasikan untuk Museum Toyo Bunko sebagai beasiswa yang bertujuan untuk mendukung generasi muda ikut serta dalam penelitian sinologi, mendorong agar generasi muda Jepang ikut menelaah 24 ribu buku kuno yang mencatat ilmu pengetahuan sosial dan fragmen dokumen; masih ada lagi uang hadiah penghargaan yang akan dialokasikan untuk penyusunan kamus elektronik tentang istilah akademik ekonomi sosial.
Seperti penelitian sinologi yang dilakukan oleh Dr. Yoshinobu Shiba di bidang perkembangan dinasti Tang dan Song, pemberian nama ajang penghargaan ini disesuaikan dan disebut sebagai “Tang” Prize, untuk merepresentasikan semangat di era dinasti Tang dapat diekspansi, ke zaman modern dengan memanfaatkan efek kekuatan dan kontribusi nyata dari para pemenang penghargaan, mempromosikan pertukaran budaya dan teknologi Timur-Barat serta menanggapi perubahan situasi perkembangan sosial saat ini dengan menyuntikkan visi dan pemikiran baru dalam praktik nyata agar di dunia ada keharmonisan dan pengembangan yang berkesinambungan.