Fantasi Keelung dan Industri Teh Beipu
Tur Lokasi Syuting Film Drama Taiwan
Penulis‧Cathy Teng Foto‧Jimmy Lin Penerjemah‧Amina Tjandra
November 2025
Suasana magis Keelung dan Beipu yang elegan terekam dalam film “Grandma and Her Ghosts (1998)” dan “Gold Leaf (2021)”, yang menunjukkan rupa Taiwan yang beragam.
Bagi yang pernah menyaksikan Keelung dalam film “Grandma and Her Ghosts (1998)”, apakah Anda merasa sulit untuk melupakan suasana magis dalam kisah film tersebut? Apakah juga terbuai dengan mansion klasik Chiang A-Hsin yang elegan setelah mengikuti 12 episode serial “Gold Leaf (2021)”?
Taat Menjalani Tradisi Zhongyuan
Ingin menjelajahi suasana magis di Keelung, kami mengundang Su Hsiao-lan yang tumbuh besar di Keelung dan tim “Keelung For A Walk” yang terbentuk pada tahun 2015, bertujuan untuk lebih mendekatkan warga Keelung dengan kampung halaman mereka, sekaligus memandu warga asing untuk mengenal Keelung.
“Bagi warga Keelung, perayaan yang terpenting adalah festival Zhongyuan”, ujar Su Hsiao-lan. Menilik perkembangan sejarah Keelung, pelabuhan menjadi tempat berkumpulnya para pendatang. Akan tetapi pada masa awal, karena memperebutkan sumber daya yang ada, kerap kali terjadi tawuran antara masyarakat penduduk asli Zhangzhou dan Quanzhou yang mengakibatkan luka-luka dan kematian. Pada tahun 1850-an, tokoh masyarakat lokal turut campur tangan dan mengajak kedua belah pihak untuk berdamai di Qing’an Temple, menegosiasikan penyelenggaraan ritual pudu festival Zhongyuan berdasarkan marga yang dilakukan secara bergilir. Adapun ritual Pudu bertujuan untuk mendoakan arwah-arwah “saudara baik” (yang kesepian tanpa keluarga). Kesepakatan ini juga menjadi simbol hidup berdampingan antar pendatang baru yang berasal dari daerah yang berbeda. Inilah asal mula perayaan Zhongyuan Keelung.
Ditambah lagi dengan perkembangan industri lokalnya, pada masa awal terdapat industri pertambangan dan perikanan, semua ini merupakan industri berisiko tinggi. Dari hasil wawancara dengan sebagian besar masyarakat lansia setempat diketahui bahwa, “Yang diharapkan warga Keelung adalah keselamatan, mereka percaya nenek moyang mereka yang telah meninggal dunia, menitipkan kepada arwah-arwah “saudara baik” untuk memberikan berkah selamat, maka dari itu, mereka sangat mengutamakan festival Zhongyuan.” ujar Su Hsiao-lan.
Karena itu, saat pintu neraka dibuka setiap penanggalan imlek bulan ke-7, dan arwah-arwah berdatangan ke dunia fana untuk “liburan musim panas”, warga akan menyuguhkan sesajenan yang berlimpah dan uang arwah untuk dipersembahkan kepada arwah-arwah “saudara baik”. Su Hsiao-lan menjelaskan, memasuki wilayah Kota Keelung pada penanggalan imlek bulan ke-7, di mana-mana dapat disaksikan pembakaran uang arwah dengan asap mengepul-ngepul, lentera yang bergelantungan di jalanan, dan altar utama ritual Pudu yang ditempatkan di Zhongzheng Park. Setelah lentera dinyalakan, pada malam yang gelap, cahaya berkilauan sangat memukau, seolah-olah memasuki dunia lain, benar-benar sangat berkesan magis.

Altar utama ritual Pudu diterangi dengan lampu-lampu indah, memberikan kesan magis pada penanggalan imlek bulan ke-7 di Kota Keelung.

Suasana Magis dalam Gang
Su Hsiao-lan membawa kami ke tempat bersejarah di Qing’an Temple, kuil Dewi Laut Mazu untuk mengenang kembali masa lampau di mana suku Zhangzhou dan Quanzhou mencapai kesepakatan damai. Di dalam kuil terdapat banyak dewa dengan peranannya masing-masing, pada balok tiang bergantungan penuh dengan lentera merah berisi doa para umat, dipenuhi dengan kepulan asap dupa yang menguar ke udara, inilah pemandangan sehari-hari yang terlihat di dalam kuil, akan tetapi entah mengapa dapat merasakan nuansa magis yang sulit dijelaskan.
Saat perut merasa lapar, Su Hsiao-lan membawa kami ke Ren’ai Market dengan tata ruang bagaikan sebuah labirin, pasar ini bukan sekedar tempat untuk mengisi perut, akan tetapi juga menyediakan keperluan sehari-hari bagi para pembeli. Awal mula Keelung mendapat pengaruh Jepang dan Amerika Serikat sehingga budaya kopi sudah dikenal sejak dini, bahkan di dalam pasar tradisional ini bisa mendapati barista dengan gerakan tangannya yang melingkar-lingkar, tengah menyeduh kopi secara manual. Yang lebih unik dan menarik adalah salon kuku di sebelahnya, terlihat deretan cat kuku warna-warni tersusun rapi, masih ada tiga hingga empat kursi sandaran tangan yang besar, membuat ibu-ibu yang berbelanja di pasar, akan mampir sebentar untuk mempercantik diri.
Kaki melangkah, berkeliling tanpa tujuan hingga ke jalan sisi lainnya, seluruh dinding dipenuhi dengan cermin, terlihat mesin pengeriting rambut model kuno yang bergantungan, menjorok keluar dari dinding. Para pelanggan yang duduk di depan cermin, mendapatkan pelayanan cuci rambut, keriting rambut, perawatan wajah dengan masker dan merapikan alis mata. Mengapa di tengah pasar tradisional, malah masuk ke salon kecantikan rambut, bukankah pemandangan seperti ini cukup magis, bagaimana menurut Anda?

Film “Grandma and Her Ghosts” diluncurkan pada tahun 1998, merupakan tonggak sejarah film animasi Taiwan. Pada tahun 2024, diumumkan film “Grandma and Her Ghosts 2” sedang dalam proses produksi. (Sumber: Rice Film International)
Rumah Kuno di Jalan Beipu
Kami tiba di kampung halaman dalam serial “Gold Leaf (2021)” di Beipu, pemilik toko buku independen “Blue Magpie” Chen Wan-cheng kini berdiri di depan situs bersejarah nasional “Jin Guang Fu Mansion” dan menceritakan, wilayah Daai pada seratusan tahun yang silam (mencakup kawasan Beipu, Baoshan dan Emei) merupakan pemukiman penduduk asli, sehingga sulit bagi orang Han untuk memasuki wilayah ini. Pada tahun 1835, pemerintah Dinasti Qing berniat membuka lahan di wilayah Hsinchu, dipimpin oleh keturunan etnis Hakka, Jiang Xiu-luan membentuk “Jin Guang Fu Mansion”, yang mendapat perlindungan dari serangan masyarakat adat. Hingga saat ini, “Jin Guang Fu Mansion” menjadi rumah dinas yang dilestarikan dengan baik. Penggunaan nama kediaman ini dan artinya dapat dijabarkan sebagai berikut, kata “Jin 「金」 (arti harafiah adalah emas)” yang menandakan keberuntungan, kata “Guang 「廣」” adalah Guangdong, dan “Fu 「福」” adalah Fujian, yang menunjukkan pendatang berasal dari Guangdong dan Fujian yang menetap di sana, juga menjadi saksi penting penghapusan konflik dan kerja sama antara etnis Fujian dan Guangdong.
.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
Serial drama “Gold Leaf (2021)” yang diproduksi oleh Taiwan Public Television Service mengadaptasi kisah hidup Chiang A-hsin, pedagang teh di Beipu, Kabupaten Hsincu. Serial ini menceritakan masa kejayaan teh Taiwan yang kedua di panggung dunia selama tahun 1949–1955. (Sumber: Taiwan Public Television Service)
Menebus Kembali Rumah Leluhur
Geografis Beipu yang didominasi pegunungan dan perbukitan, sebagian besar lahan merupakan tanah berpasir kerikil yang gembur, sangat cocok untuk perkebunan teh. Oleh karena itu, sejarah penanaman teh di Beipu berawal dari akhir pemerintahan Dinasti Qing, hingga saat ini yang menghasilkan teh Peng Feng. Sementara itu keluarga Chiang pada waktu itu juga memiliki pabrik teh besar yang dilengkapi dengan peralatan modern, berorientasi pada ekspor teh hitam, teh Peng Feng (atau teh oriental beauty). Dalam beberapa tahun setelah Perang Dunia II, ekspor teh mencapai puncaknya, menjadikan masa tersebut dikenal sebagai era “emas teh (Gold Leaf)”.
Memasuki era tahun 1950-an, negara-negara penghasil teh besar seperti India, Sri Langka dengan kapasitas produksinya telah pulih kembali. Ditambah lagi dengan permasalahan manajemen dan inflasi menyebabkan perusahaan Yong Guang yang dikelola Chiang A-hsin mengalami kepailitan. Awalnya “Chiang A-hsin Mansion” yang difungsikan sebagai kediaman dan rumah menjamu tamu asing, pada akhirnya dengan terpaksa dijadikan sebagai agunan bank dan keluarga Chiang pun tercerai-berai. Hingga 50 tahun kemudian, yakni pada tahun 2012, keturunan keluarga bersama-sama menebus kembali rumah tersebut dan menghabiskan waktu selama dua tahun untuk merestorasi kembali bangunan itu. Pada tahun 2018, Taiwan Public Television Service (PTS) memproduksi serial “Gold Leaf (2021)” yang mengangkat tema “perang dagang” menceritakan kisah Chiang A-hsin, dan Chiang A-hsin Mansion juga menjadi salah satu lokasi syutingnya.
Kini, panduan tur mansion Chiang A-hsin terbuka untuk direservasi, pada hari tersebut, kami dipandu oleh Fred Huang yang merupakan cucu menantu sekaligus Chairman Chiang A-hsin Education Foundation.

Karena mengalami kepailitan, Chiang A-hsin Mansion digadaikan, selang 50 tahun kemudian keturunan keluarga Chiang menebus kembali rumah ini dan merestorasi ke tampilan aslinya.
Memasuki Era Gold Leaf
Pengambilan gambar serial “Gold Leaf (2021)” menyisipkan beragam panorama Taiwan yang indah, beberapa adegan drama juga berlatarkan rumah kuno milik leluhur keluarga Hsiao di Jiadong, Kabupaten Pingtung dan aula Yushan di Yongjing, Kabupaten Changhua, dan keduanya telah terdaftar sebagai situs bersejarah. Kediaman dari karakter KK dalam serial tersebut menggunakan bekas kediaman Yin Hai-kuang, sedangkan adegan pembuatan teh mengambil lokasi di Daxi Tea Factory di Taoyuan dan perkebunan Sun Moon Lake Antique Assam Tea Farm di Kabupaten Nantou. Kemudian untuk syuting pameran teh inggris dilakukan di Taipei Guest House, masih ada beberapa lokasi syuting lainnya seperti Zhongshan Hall, Ten Terrace Houses yang ada di jalan Dihua dan Ruiwudan Theater di Hualien. Semua citra klasik diabadikan dalam layar, sekaligus menjadi sudut-sudut Taiwan yang ingin dikunjungi kembali oleh para wisatawan.

Menampilkan gerbang elegan Tianshui Hall dan bubungan atap didekor dengan ekor burung yang melengkung, inilah rumah kediaman kuno di Beipu yang sangat menarik perhatian khalayak ramai.



