Zhuzihu Bukan Sekedar “Nama Bunga”
Eksplorasi Kisah Beras Unggulan Taiwan
Penulis‧Mei Kuo Foto‧Chuang Kung-ju Penerjemah‧Farini Anwar
September 2025
Zhuzihu (danau bambu) terkenal sebagai kawasan produksi bunga kala lili, tetapi 100 tahun lalu, tempat ini adalah ladang penanaman “beras penglai” (beras horai). Saat ini ada petani yang mendirikan Ko-Tong Rice Club dan bekerja sama dengan Universitas Nasional Taiwan (NTU), untuk membudidayakan kembali “Varietas Nakamura”, nenek moyang beras penglai yang sempat hilang selama beberapa dekade pada sebidang ladang di Ding-hu. Pemandangan pertanian padi seabad yang silam kembali hadir di Zhuzihu, melanjutkan bab sejarah perkembangan pertanian Taiwan yang menyentuh hati.
Nasi adalah salah satu makanan utama orang Taiwan, kebanyakan nasi yang dikonsumsi sehari-hari adalah “beras penglai”, sedangkan makanan tradisional dari beras seperti kue lobak, wagui (kue beras mangkok), bihun dan lainnya terbuat dari “beras zailai” (beras indica).
Beras penglai Taiwan sebenarnya adalah budidaya pada masa kolonial Jepang dan terus dikembangkan selama hampir seabad terakhir, jumlah varietasnya telah melampaui 200 jenis, tidak saja ada beras untuk dimakan, bahkan juga ada varietas beras fungsional, varietas warna-warni penghias sawah digunakan untuk pariwisata.., beras penglai ini dari nenek moyang semula berbasis di lahan pertanian di Zhuzihu.
Zhuzihu berlokasi di dalam Taman Nasional Yangmingshan, dengan ketinggian sekitar 650 – 670 meter di atas permukaan laut, “danau pembatas” yang terbentuk dari lava vulkanik akibat letusan gunung berapi pada 350 ribu tahun silam, air yang berangsur-angsur terkuras dan mengering pada celah yang timbul karena erosi dan membentuk cekungan. Di sisi timur danau Zhuzihu adalah Gunung Qixing, sisi utara Gunung Xiaoguanyin, sisi barat Gunung Datun dan sebelah selatan menghadap ke cekungan Taipei, di tengah cekungan ini terdapat dataran tinggi sentral yang membaginya menjadi tiga wilayah danau yaitu danau timur, danau puncak dan danau bawah.
Setiap musim semi merupakan “musim bunga kala lili” Zhuzihu, menarik banyak wisatawan untuk ke atas gunung menikmati pemandangan bunga, bunga kala lili menjadi identik dengan tempat ini. Namun sejak tahun 2011, warga setempat dan para petani bunga kala lili mulai mengeksplorasi sejarah penanaman padi; para petani membentuk “Zhuzihu Ponlai Rice Seed Field - Ko-Tong Rice Club”, bersama Fakultas Agronomi Universitas Nasional Taiwan (NTU) mempromosikan penanaman kembali beras penglai, serta kembali membudidayakan beras penglai nenek moyang “Varietas Nakamura” yang sempat hilang selama beberapa dekade.

Yang dipedulikan “Ko-Tong” bukanlah rasa nasi Nakamura, melainkan kisah dibaliknya.

Koordinator Zhuzihu Ponlai Rice Seed Field - Ko-Tong Rice Club, Chen Yong-ru mengoperasikan mesin penggiling padi. (Foto: Mei Kuo)

Anggota Zhuzihu Ponlai Rice Seed Field - Ko-Tong Rice Club berkumpul dengan gembira mencicipi beras baru.

Anak-anak SD Taipei Hutian Experimental melihat dan berebutan untuk mengoperasikan mesin winover yang langka. (Foto: Mei Kuo)
“Ko-Tong” Zhuzihu Pulihkan “Varietas Nakamura”
Pada musim dingin di bulan Desember, gerimis menerpa Zhuzihu, dengan suhu 5 derajat Celsius lebih rendah hampir dibandingkan dengan suhu kota, kabut awan pada puncak gunung nun jauh di sana, terasa puitis saat berjalan di sepanjang jalan pegunungan yang berkabut. Pada saat ini, petani bunga sekaligus koordinator dari Ko-Tong Rice Club, Chen Yong-ru, membawa tiga kantong kecil berisi “beras Nakamura” yang telah dijemur matahari ke Sekolah Dasar Hu-tian Experimental untuk meminjam mesin penggiling padi.
Mesin winnover (alat untuk memisahkan biji-bijian atau gabah dari kotoran) kuno yang dibeli secara online tampak usang, Chen Yong-ru dengan kaki dan tangan yang cekatan menuangkan padi ke dalam wadah, tangan kanannya memutar gagang mesin, tangan kirinya menggoyangkan wadah ke atas dan ke bawah agar padi dapat dengan mudah masuk ke kotak winnover.
“Anda lihat, yang melayang keluar adalah cangkang kosong.” Ujar Chen Yong-ru sambil menunjuk sekam padi yang tertiup angin, sekam dan benda-benda ringan lainnya akan melayang keluar tertiup angin, sementara butiran beras yang lebih berat akan jatuh dan masuk ke lubang keluar yang miring.
Demikian padi dimasukkan ke mesin winnover seperti ini berulang kali untuk penyaringan kotoran, selanjutnya butiran-butiran padi padat dimasukkan ke dalam mesin penggiling sekam kulit padi. Pertama-tama mengupas sekam, baru kemudian menghilangkan dedak, terakhir menggiling untuk menghasilkan beras bersih. Sekam dan dedak digunakan sebagai pupuk organik, sedangkan beras bersih digunakan sebagai makanan. “Beras yang baru digiling adalah yang paling lezat, jangan ditaruh terlalu lama, nanti aromanya akan cepat hilang.” ujar Chen Yong-ru.
Keesokan harinya, sekitar 20 dari anggota Ko-Tong Rice Club dan relawan “The Eikichi Iso Historical Association” berkumpul di restoran Miauban Garden, menikmati hidangan dengan ditemani nasi varietas Nakamura, sambil berbagi pengalaman dan daya tarik bertani padi dan bunga kala lili. Beras merangkai kehangatan kehidupan desa pertanian.
Beras Taiken No. 9 yang umum dikonsumsi masyarakat saat ini, butirannya bening dengan tekstur kenyal, kami mengamati beras Nakamura berwarna agak putih, butiran tengah bergaris coklat, beraroma lembut nasi, rasanya lebih keras dan kenyal.
“Ini adalah beras dengan rasa yang paling lezat pada waktu itu (masa kolonial Jepang). Saat ini, bagi Ko-Tong Rice Club, varietas Nakamura ini adalah beras yang memiliki kisah, bukan sekedar enak atau tidaknya untuk dikonsumsi.” tutur Chen Yong-ru.

Para petani di Zhuzihu membentuk Ko-Tong Rice Club, membudidayakan kembali “nenek moyang” beras penglai varietas Nakamura seabad yang silam.
Kisah Beras Penglai
Pada masa Dinasti Qing, imigran dari wilayah Fujian dan Guangdong – Tiongkok yang datang ke Taiwan, membawa masuk beras varietas indica. Pada masa kolonial Jepang, orang Jepang tidak terbiasa dengan nasi dari beras varietas indica yang lengket, tidak seperti beras Jepang (beras Japonica), oleh karena itulah mereka membudidayakan beras varietas Japonica di Taiwan.
Kantor Pengelola Taman Nasional Yangmingshan menyampaikan, Teknisi dari Lembaga Penelitian Kementerian Pertanian, Iwao Suzuta dan Teknisi dari asosiasi Petani Prefektur Taihoku, Kiichiro Hirazawa, meneliti industri pertanian di sederetan Gunung Datun dan menemukan iklim di Zhuzihu mirip dengan Kyushu Jepang, selain itu di ketiga sisinya dikelilingi pegunungan, yang dapat menghindari masalah hibridisasi padi karena melalui penyerbukan alami, serta penyakit dan serangan hama, memberikan manfaat bagi kemurnian varietas padi, oleh karena itu mendirikan pembibitan benih padi Japonica di Zhuzihu, tetapi padi Jepang “varietas Nakamura” berhasil hanya tumbuh di dataran tinggi, sedangkan pembudidayaan di dataran rendah mengalami kegagalan.

Kantor Urusan Pertanian Beras Penglai diganti namanya menjadi Story House, dan telah terdaftar sebagai bangunan bersejarah, terus memberitahukan kisah beras penglai Taiwan.
Buaian Varietas Nakamura dan Taichung No. 65
Profesor Fakultas Agronomi Universitas Nasional Taiwan, Hsieh Jaw-shu mengatakan, Suenaga Megumu yang pada masa itu menjabat sebagai Ketua Stasiun Penelitian Pertanian Prefektur Taichung (sekarang adalah Taichung District Agricultural Research and Extension Station/DARES), dengan dukungan dari Teknisi Ladang Percobaan Pertanian Stasiun Penelitian Pertanian Pemerintah Taiwan, Eikichi Iso, pada tahun 1923 mengusulkan “metode pemindahan bibit” dan berhasil melakukan peningkatan kualitas, membudidaya padi varietas Nakamura, meningkatkan jumlah produksi, cakupan lahan budidaya dan juga memperluas dari utara ke selatan.
Pada tahun 1926, Iyo Sengoku memilah dan memilih varietas beras “Chiayi Late No. 2” yang lebih tahan penyakit sebagai pengganti “Nakamura” dan mempopulerkannya di seluruh Taiwan. Pada tahun yang sama, pemerintah memilih “beras Horai” (beras penglai) sebagai nama untuk varietas baru padi Jepang yang dikembangkan dan dibudidayakan di Taiwan, nama yang diambil dari Taiwan ini bermakna “Pulau Peri Penglai”. Sejak saat itu, beras penglai menjadi identik dengan pembudidayaan beras Japonica Jepang di Taiwan, sedangkan “beras Zailai” sebagai nama pengganti dari beras indica yang menjadi varietas beras asli lokal Taiwan.
Berdasarkan penelitian dunia akademis, pengaruh yang sangat besar dari budidaya padi di Taiwan adalah penyilangan benih “Kameji” dan “Shinriki” di Taichung oleh Megumu Suenaga pada tahun 1924, yang kemudian memilih “Taichung No. 65” pada tahun 1929. Hsieh Jaw-shu mengatakan, “Taichung No. 65” adalah varietas yang berdaya produksi tinggi, kualitas unggul dan tahan penyakit blas (Pyricularia oryzae), dengan pembibitan dan pembudidayaan asal di Zhuzihu, baru kemudian menyebar ke seluruh Taiwan, menjadi varietas utama padi pada awal budidaya beras penglai di Taiwan.
Peneliti terkemuka Institut Botani dan Mikrobiologi di Academia Sinica, Hsing Yue-ie mengatakan, yang terpenting adalah padi Taichung No. 65 bisa panen dua kali dalam satu tahun, menjadi induk dari banyak perkawinan silang, “Lebih dari 85% varietas padi penglai Taiwan merupakan keturunannya!”
Varietas Nakamura pada akhirnya menghilang dari ladang Taiwan karena tidak tahan terhadap penyakit blas selama evolusi padi. Saat ini, Ko-Tong Rice Club Zhuzihu berhasil memulihkan varietas Nakamura. Profesor Fakultas Agronomi Universitas Nasional Taiwan (NTU), Pong Yun-ming mengatakan, “Terdapat kisah yang mengharukan dibalik keberhasilan penanaman kembali ini”, berkat upaya Hsieh Jaw-shu dan lainnya, berhasil mendapat hadiah benih dari Institut Genetik Nasional Jepang pada tahun 2014, dan dukungan teknis dari Taichung District Agricultural Research and Extension Station/DARES sehingga pada tahun berikutnya, NTU berhasil memulihkan, serta kembali ditanamkan di Zhuzihu pada tahun 2016.

Zhuzihu Ponlai Rice Foundation Seed Field Story House menghadirkan pemandangan pertanian dan peralatan pertanian kuno.
Mencari Jejak Padi di Zhuzihu
Eikichi Iso yang bertanggung jawab atas tugas penelitian dan pemuliaan padi di Taiwan, dan mendirikan Fakultas Sains dan Agrikultur di Taihoku Imperial University Taipei (sekarang adalah Fakultas Agronomi Universitas Nasional Taiwan), Ruang persiapan pemuliaannya di NTU mendapat julukan “Ruang Eikichi Iso”. Pada tahun 1928, pemerintah Jepang mendirikan Kantor Urusan Pertanian dan Gudang Beras Penglai (sekarang adalah Zhuzihu Ponlai Rice Foundation Seed Field Story House) di Zhuzihu, berperan sebagai basis penelitian pengembangan dan lahan penakaran plasma nutfah beras penglai. Saat ini, kedua lokasi sudah ditetapkan sebagai situs warisan kota Taipei.
Generasi berikutnya memberikan nama penghormatan kepada Eikichi Iso sebagai “Bapak Beras Penglai”, sedangkan Megumu Suenaga dengan pemuliaan beras penglai mendapat julukan “Ibu Beras Penglai”.
Kantor Geoteknik Kota Taipei (Taipei City Geotechnical Engineering Office/GEO) membangun kembali saluran-saluran irigasi dan saluran-saluran air tepi sungai. Jalur Shuicheliao yang terletak di Donghu, dekat pintu masuk kawasan Zhuzihu, memiliki jalur cabang yang mengarah ke tempat di mana para bangsawan setempat pada masa kolonial Jepang, menggunakan modal gabungan untuk membangun “penggilingan padi”, meskipun hanya tersisa sebuah kincir air dan sepotong tembok, tetapi GEO telah memasang dinding kaca di samping tembok yang ada, menggambarkan kincir air kuno secara rinci, membangkitkan ingatan dan imajinasi akan kehidupan masyarakat pedesaan di masa lalu.

Kuntul kecil berjalan perlahan di ladang bunga kala lili, menikmati ketenangan pegunungan.

Bunga kala lili telah menjadi ikon identik Zhuzihu.
Jalur Aliran Sungai Menghubungi “Jalur Utama Taipei”
Jalur setapak di tepi sungai yang sekarang menjadi tempat untuk masyarakat bersantai dan berolahraga. Jalur Shuiweibalaka, Jalur Tepi Sungai Yangming, dan Jalur Melingkar Dinghu, menyambungkan rute jalan “Jalur Utama Taipei” dari lima gunung utama di kota Taipei, yang dapat sekaligus memuaskan pengalaman dalam pendakian gunung, wisata dan budaya.
Perkebunan bunga kala lili di sepanjang aliran sungai kecil berkelok-kelok pada Jalur Melingkar Bunga Kala Lili di bagian bawah danau, adalah jalur paling populer untuk menikmati keindahan bunga pada musim bunga.
Bab Sejarah Padi Taiwan Menyentuh Hati
Perubahan industri di Zhuzihu, dari masa Dinasti Qing dengan tanaman utama teh, rebung moso dan buah jeruk, berganti menjadi penghasil beras penglai pada masa pendudukan Jepang, sayuran dan bunga beriklim sedang di pegunungan menjadi tanaman budidaya utama setelah pemerintah Kuomintang datang ke Taiwan. Selanjutnya beralih menjadi industri pariwisata dan rekreasi pertanian, untuk merespons kebutuhan wisata rekreasi pada era tahun 1980 hingga sekarang.
“Kami sudah tidak menanam padi selama 40 tahun” kata Chen Yong-ru, Zhuzihu adalah tempat lahirnya butir beras zailai Taiwan pertama, sehingga pemulihan budidaya memiliki makna yang sangat penting. “Kami merasa sudah seharusnya mengembalikan kejayaan dari pendahulu kita, agar generasi berikut ingat akan kisah di tempat ini.”

Kantor Geoteknik Kota Taipei (GEO) menggunakan metode konstruksi ramah lingkungan untuk mengelola saluran air dan menciptakan tempat-tempat indah, agar Zhuzihu menjadi tempat ideal untuk pendakian dan rekreasi.

