Pendakian Gunung
Dari Titik Awal Hingga Titik Tertinggi Taiwan
Penulis‧Esther Tseng Foto‧Chuang Kung-ju Penerjemah‧Farini Anwar
November 2025
Memasuki Benteng Kuno Anping berarti memasuki titik awal sejarah Taiwan modern.
Seiring dengan perubahan geopolitik beberapa tahun terakhir ini, Taiwan menjadi sorotan perhatian global, banyak wisatawan manca negara yang pernah datang berkunjung ke Taiwan, ingin lebih mendalami sejarah budaya dan karakteristik humaniora Taiwan melalui perjalanan wisata.
Tim Editor “Taiwan Panorama” secara khusus merencanakan program wisata “Dari Titik Awal Hingga Puncak Tertinggi Taiwan” sebagai panduan bagi mereka yang menggemari kegiatan lintas alam atau menjelajahi perkotaan dengan santai.
Titik Awal Sejarah Taiwan
Kedatangan orang Belanda di Anping Tainan pada tahun 1624 menjadi titik awal Taiwan memasuki panggung dunia, dan Kota Tainan sebagai pusat pemerintahan selama periode pemerintahan Belanda dan Koxinga (Zheng Cheng-gong), dapat dilihat sebagai awal dari sejarah Taiwan.
Sebagai pemberhentian pertama bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Taiwan, direkomendasikan naik kereta cepat Taiwan High Speed Rail (THSR) dari Bandara Internasional Taoyuan langsung nenuju ke Kota Tainan, mengunjungi benteng tertua di Taiwan ── Benteng Kuno Anping. Memasuki Benteng Kuno Anping berarti memasuki titik awal sejarah Taiwan modern.
Staf khusus Pusat Kebudyaaan Yonghua Biro Kebudayaan Kota Tainan, Lu Song-ying beranggapan, tahun 1624 merupakan tahun untuk pertama kalinya Taiwan bergabung dengan jalur geopolitik internasional, dimasukkan sebagai tempat persinggahan dan transit Perusahaan Hindia Timur Belanda (lebih dikenal dengan VOC – Vereenigde Oostindische Companie), baik yang menuju ke Jepang maupun Tiongkok, semua singgah di Taiwan. Setelah berjalan 400 tahun, peran penting Taiwan tidak berkurang malah bertambah, karena “lokasi, lokasi, lokasi” untuk 100 tahun ke depan, Taiwan masih akan memiliki peran yang sangat penting.
Pemberhentian kedua, mengunjungi Front Provintia ── Gedung Chihkan, yang dibangun orang Belanda pada tahun 1653.
Lu Song-ying mengatakan, Gedung Chihkan dan kebanyakan dari peninggalan sejarah Tainan merupakan lapisan warisan sejarah Taiwan. Setelah berjalan kaki menyusuri jalan tua, kemudian dengan “sudut pandang Tuhan” (sudut pandang melihat dari tempat tinggi ke bawah) menikmati pemandangan laut dan matahari terbenam, bermain pasir dan ombak dari Gedung Chihkan peninggalan Dinasti Qing. Kini Anda juga dapat menemukan warisan peninggalan zaman Belanda, prasasti dari era Koxinga dan Dinasti Qing, serta bangunan yang telah direnovasi. Kuil Matsu, Kuil Martial God, lokasi dan penampilan dari bangunan bersejarah ini tidak berubah selama ratusan tahun.
Sesampai di Pasar Yongle dan Pasar Shuixian Gong, Anda dapat merasakan kehidupan masyarakat Taiwan pada umumnya, belanja kebutuhan sehari-hari, keragaman kuliner dan tempat ibadah kepercayaan, menghadirkan suasana ramai penuh petualangan di depan mata. Wisatawan dapat mencoba burger ala Taiwan ─ Guabao lidah babi serta dapat mencium aroma dan melihat belut yang digoreng di atas kobaran api.

Menyaksikan matahari terbenam di atas lautan dari Gedung Chihkan, kini harus ke anjungan Anping Tainan untuk melihat matahari terbenam.

Lokasi dan penampilan bangunan bersejarah Kuil Martial God tidak berubah selama ratusan tahun.

Jalan Shennong mempertahankan penampilan jalan dengan rumah tradisional, karakteristik toko, kuil dan bisnis tradisional, memberikan suasana berburu harta karun kepada wisatawan.
Laut Dalam Tai-jiang
Rute di hari kedua, direkomendasikan berawal dari Pusat Kebudayaan Tai-jiang. Pada masa Dinasti Qing, Laut Dalam Tai-jiang sempat menjadi laguna terbesar di Taiwan, dan menjadi titik awal migrasi orang Han ke Taiwan pada masa Dinasti Ming dan Qing. Dengan mengayuh sepeda dari Pusat Kebudayaan Tai-jiang ke Terowongan Hijau Sicao, lalu beralih dengan rakit menyusuri terowong dengan kedua belah sisi dapat melihat ladang budidaya tiram, burung kuntul putih, kowak-malam abu dan burung liar lainnya serta ekosistem lahan basah mangrove.
Selanjutnya mengunjungi Museum Sejarah Nasional Taiwan yang terletak di teluk besar “Laut Dalam Tai-jiang” yang terbentuk 400 tahun silam, mendalami sejarah Taiwan melalui miniatur dan Museum Arkeologi (Museum Prasejarah Nasional cabang Tainan), di sini dapat terlihat bagaimana teluk besar bertransformasi menjadi daratan selama tahun-tahun keemasan.
Bersamaan dengan itu, Laut Dalam Tai-jiang juga adalah titik awal dari “Jalur Hijau Pegunungan ke Laut Nasional” (Mountains to Sea National Greenway). Sekretaris proyek khusus Taiwan Thousand Miles Trail Association, Tao Chun-chen mengemukakan, Jalur Hijau Pegunungan ke Laut Nasional membentang dari dataran permukaan laut hingga ke Gunung Yushan dengan ketinggian 3.952 meter, yang memiliki daya tarik besar bagi wisatawan asing.
Bagi pencinta sejarah dan budaya, Jalur Hijau Pegunungan ke Laut Nasional memiliki daya tarik humaniora, terutama dengan berjalan kaki dari Kuil Haiwei Chaohuang ke Museum Arkeologi. Jalur yang disebut “Jalan Laut Dalam” ini adalah saksi dari perubahan laut menjadi pertanian.
Tao Chun-chen mengemukakan, dalam pertukaran Taiwan Thousand Miles Trail Association dengan Kanada, Korea dan lainnya menemukan bahwa teman-teman orang asing semakin mengerti situasi Taiwan, juga semakin tertarik dengan sejarah Taiwan. Memahami sejarah Taiwan dari sudut pandang jalur hijau nasional, merupakan cara yang baik untuk mengenal Taiwan.

Mengunjungi Museum Kota Tainan, dapat melihat keragaman sejarah budaya Taiwan.

Fotografer dari Austria, Adrian Mario Ivad (kiri pertama) menyukai cita rasa guabao lidah babi, tetapi ia mengatakan, lebih baik jangan memberitahukan bahwa ini adalah lidah babi.
Stasiun Kereta Tertinggi
Jalur Hijau Pegunungan ke Laut Nasional dengan panjang 177 km, sempat dilalui oleh pejalan kaki jarak jauh terkenal Jepang, Masafumi Saito. Selama perjalanan ia menginap di gereja-gereja dan lapangan sekolah, merasakan keramahan dan kehangatan masyarakat Taiwan.
Rute keseluruhan memakan waktu sepuluh hari lebih, Tao Chun-cheng menyarankan, jika tidak dapat menjelajahi seluruh rute, dapat memilih beberapa titik dan mempersingkat waktu dengan memadukan berjalan lintas alam dan berkendara. Misalnya naik kereta api hutan memasuki Alishan, kemudian berjalan turun melalui jalur setapak Tefuye (Tefuye Historic Trail), Dapangu dan lainnya dari penduduk asli sukuTsou. Orang asing yang umumnya tertarik dengan budaya pemakaman dalam ruang tradisional Penduduk asli Tsou, mengagumi warna-warni totem, merasakan “asal usul” keragaman budaya Taiwan. Dari Desa Lijia bisa dengan berkendara melanjutkan penjalanan menuju ke Dapu, Chiayi untuk mengunjungi Waduk Zengwen, atau mengunjungi Taman Peringatan Yoichi Hatta setibanya di Waduk Wushantou.
Saat menaiki kereta Alishan, Anda dapat mencicipi teh dan menikmati hidangan menu teh pegunungan tinggi Alishan di Area Perkebunan Teh Shizhuo, atau menikmati bento kereta di stasiun Fenqihu. Stasiun Chushan, stasiun terakhir jalur ini merupakan stasiun tertinggi dari permukaan laut. Dengan menginap di Alishan, Anda juga dapat menyaksikan matahari terbit, menikmati lautan awan, dan menjelajahi hutan pegunungan.

Taman Nasional Taijiang yang pernah menjadi danau dengan cakupan terbesar di Taiwan adalah saksi dari perubahan laut menjadi pertanian.
Berjalan di Antara Pegunungan dan Laut
Maskapai EVA Air menggelar “Perjalanan Media Eropa” pada tahun 2024, mengundang pelaku media sosial dari Austria, Swiss dan negara lainnya untuk turut dalam EVA Air Marathon Taipei, memadukan dengan kenyamanan dari kereta cepat THSR, dengan cara menapakkan kaki dari titik ke titik di Jalur Hijau Pegunungan ke Laut Nasional, untuk merekomendasikan hutan pegunungan Taiwan kepada para wisatawan pencinta lintas alam dari Eropa ini.
Staf Khusus Maskapai EVA, Angela Tsai mengemukakan, Austria yang terletak di Pegunungan Alpen memiliki banyak kesamaan dengan Taiwan, semuanya adalah negara kecil dan banyak pengunungan, masyarakatnya gemar mendaki gunung dan lintas alam pada akhir pekan.
Selebritis internet dari Austria, Anna-Maria Bonfiglio sangat terkesan karena dapat menikmati pemandangan laut dan matahari terbenam dari Anjungan Anping Tainan, kemudian berendam permandian air panas di kawasan pegunungan Guanziling dalam satu hari. Setelah mencicipi berbagai ragam hidangan dan kudapan, yang paling ia rekomendasikan adalah cong you bing (panekuk daun bawang) dan bola-bola ketela goreng, tetapi tidak lupa menambahkan sepatah kata “tahu bau benar-benar sangat bau”, dan menolaknya untuk menyantap lagi begitu mencicipinya.
Penyiar radio dari Austria, Peter Agathakis yang telah berkecimpung di dunia penyiaran selama 25 tahun, telah mengunjungi 150 lebih negara untuk pembuatan acara wisata. Agathakis yang ketiga kalinya datang ke Taiwan beranggapan, keindahan panorama pegunungan Alishan sebanding dengan Pegunungan Alpen di Swiss dan Pegunungan Andes di Peru.
Agathakis secara khusus merekomendasikan nasi kari ayam Chiayi, tahu dingin yang dicelupkan dalam wasabi, dan sirip bandeng dengan semangka khas Tainan. Semua hidangan yang direkomendasikannya sangat otentik, menunjukkan bahwa ia adalah duta wisata tulen.

Bertolak dari Stasiun Chiayi berketinggian 30 meter dari permukaan laut, merasakan pengalaman indah kereta hutan.

Menikmati teh Shizhuo di Alishan, merasakan budaya teh Taiwan yang telah lama ada.
Mendaki Tinggi dan Melihat Jauh
Sesampai di Alishan, dapat memilih “jalur umum” Jalan Setapak Tefuye, juga dapat melanjutkan mendaki ke puncak tertinggi di Asia Timur Laut, Yushan.
Manager Senior Wildman International Travel & Tours, Wu Ting-yeh mengemukakan, banyak wisatwan asing yang suka mendaki gunung, meminta untuk mendaki Yushan yang terkenal sebagai puncak tertinggi di Taiwan, tetapi sebaiknya pastikan sudah melakukan latihan fisik dasar yang baik dan berpengalaman mendaki gunung dengan ketinggian di atas 2.000 meter, baru dapat menghindari penyakit ketinggian.
Wu Ting-yeh mengatakan, jika cuaca baik, maka Anda dapat melihat puncak Yushan dari anjungan puncak barat. Bagian jalan dari Tataka hingga ke Villa Pai-yun, merupakan jalur yang ditelusuri oleh Naturalis Jepang Kano Tadao saat mendaki Yushan 100 tahun lalu, pendaki gunung khususnya pendaki dari Jepang merasa akrab setiap mengatakan kisah ini, apalagi jika dipadukan dengan permandian air panas di Dongpu, benar-benar dapat merasakan kecintaan Kano Tadao akan pegunungan tinggi di Taiwan.
Membandingkan dengan danau tertinggi Taiwan, danau Cuichi di Xue shan, Wu Ting-yeh merasa, pendaki wisatawan asing akan memasukkan Danau Jia-ming di Taitung pada ketinggian 3.310 meter dari permukaan laut sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi dalam daftarnya, alasan utamanya adalah mudah terjangkau, pondok di kedua gunung ini menyediakan tempat istirahat, juga dapat menikmati panorama pegunungan dan lautan awan yang menakjubkan.
Baik untuk perjalanan satu hari atau lintas alam jarak jauh, setiap wisatawan yang datang ke Taiwan dapat mencari satu titik awal yang indah untuk menikmati birunya langit, putihnya awan, puncak gunung dan lainnya, merencanakan sebuah perjalanan indah menyenangkan di Taiwan.

Mendaki gunung tinggi, menatap lautan awan dan pegunungan merupakan salah satu pemandangan paling indah di Taiwan.

Penyiar radio untuk acara wisata, Agathakis beranggapan, keindahan panorama pegunungan Alishan sebanding dengan Pegunungan Alpen di Swiss dan Pegunungan Andes di Peru.

Pemandangan menakjubkan Danau Jia-ming adalah tempat yang ada dalam daftar harus dikunjungi wisatawan pendaki asing. (Foto: Kementerian Luar Negeri)






