Kehangatan dari Duduk Berdampingan
Nuansa Retro Tersembunyi di Gang Kecil
Penulis‧Lynn Su Foto‧Lin Min-hsuan Penerjemah‧Farini Anwar
Februari 2025
_web.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
Makanan lezat, toko yang mungil, kehangatan hubungan manusia menjadi alasan orang-orang dari jauh berdatangan. (Foto: Nuo Fu Pudding Rice)
Pemandangan kota yang menyajikan perpaduan antara perumahan dan pertokoan, hal-hal menakjubkan yang tersembunyi di jalan-jalan kecil, adalah beberapa hal yang kerap kali bisa ditemukan dan memberi kejutan saat melintas di jalan-jalan kecil Taiwan. Para pengusaha toko kecil yang bersikap lugas dan kreatif, produk barang yang unik, interaksi sosial yang ramah dan hangat, ini semua mengakar kuat dalam kehidupan, benar-benar adalah keseruan dan keindahan kehidupan lokal di Taiwan.
Karena toko kecil maka dapat menciptakan keunikan tersendiri, sungguh cermat sampai mendetail, juga karena tokonya kecil, pelanggan dan pemilik toko dapat berinteraksi dekat, sentuhan manusia terasa sangat kental. Toko-toko kecil ini merupakan jendela indah untuk memahami kehidupan Taiwan.
_web.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
Akumulasi Detail Ciptakan Kenangan Indah
Zoc Kao yang telah mendirikan banyak kedai kopi ternama di Taipei, mendapat predikat sebagai sosok yang luar biasa di kalangan barista, pada September 2024 mengakhiri toko yang berada di kawasan Taman Budaya dan Kreatif Shongshan dan memboyong mereknya ke Dadaocheng, dengan merek “Bunga Tembakau Op.118.2” memulai kembali bisnisnya di dalam gang kecil.
Berkecimpung dalam bisnis ini selama lebih dari 20 tahun, Zoc Kao memiliki pengalaman yang menakjubkan di bidang makanan dan minuman, sempat menjadi pengelola tersembunyi di balik layar, tetapi setelah satu putaran besar akhirnya kembali lagi bekerja di depan bar, Zoc Kao mengatakan, “Masih tetap menyukai berinteraksi dengan orang-orang.”
Selama bertahun-tahun ini, toko yang dibukanya semakin mengecil, bahkan sempat mengoperasikan toko seluas 1,5 ping (sekitar 4,96 meter persegi) bernama “Alone Together” yang mendapat julukan “kedai kopi terkecil di Taiwan”, ruang kecil seperti ruang eksperimen menarik banyak wisatawan Hongkong untuk datang “ziarah” untuk melihat sebuah kreativitas di tempat yang sempit dan padat seperti Hongkong.
Seperti halnya ruang toko “Bunga Tembakau” tidaklah besar, luas ruang dalam hanya 8 ping (sekitar 26,4 meter persegi). Zoc Kao yang sangat memerhatikan detail, selain produk minuman yang dibuat dengan singkat tetapi cermat, juga dengan sepenuh hati mengatur penempatan kursi, dekorasi, hiasan dan atmosfir toko. Menurutnya “Ingatan orang terhadap rasa sangat pendek, tetapi dengan akumulasi detail dapat menciptakan kenangan indah yang dapat bertahan lama bagi pelanggan.”
Zac Kao yang bermata tajam dalam memilih barang-barang, secara khusus memilih cangkir dari seniman tembikar Okinawa Jepang, lampu meja antik gaya retro buatan Yang Kun-jin dari studio “Firefly Studio”, juga ada meja pendek ala Eropa utara, bangku gereja tua serta piringan hitam memenuhi dinding, dipadukan dengan secangkir kopi hitam yang telah disangrai, secara spontan memunculkan nuansa keindahan jaman dulu, pas sekali dengan suasana kawasan bersejarah yang ada di Dadaocheng.
Di bawah suasana relaks dan bebas ini, pelanggan duduk bersebelahan di bangku panjang, semula dari tidak saling mengenal juga dapat memulai percakapan secara alami, kehangatan pembauran ini juga menjadi fitur unik kedai “Bunga Tembakau” yang menarik orang untuk datang dan datang lagi.
_web.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
Kisah di balik kecermatan detail dalam toko “Bunga Tembakau”, karena Zoc Kao pernah mewakili Taiwan dalam pertukaran pengusaha industri kopi di Okinawa, dan masih memupuk semangat persahabatan Taiwan – Jepang, oleh karena itu Zoc Kuo secara khusus memilih cangkir yang dibuat oleh seniman tembikar Okinawa, dan memamerkan sejumlah kecil produk kesenian Okinawa.
Bunga Bermekaran, Kupu-kupu Berdatangan
Tainan yang mendapat pujian oleh mendiang sastrawan Taiwan Yeh Shih-tao yang menyebut, Tainan adalah “tempat yang pas untuk bermimpi, bekerja, jatuh cinta, menikah dan hidup santai”, yang paling populer adalah dari sejarah panjang terhimpun endapan budaya dan suatu tampilan sikap masyarakatnya yang santai dan tenang.
Namun “sikap” acuh tak acuh dari toko tua berusia seratusan tahun maupun toko generasi baru menjadi karakteristik penting umum tanpa membedakan generasi. Penjual sup sapi yang hanya beroperasi dini hari, kedai kopi yang baru buka pada pukul 8-9 pagi dan tutup jam 6 sore tepat, dan lainnya, bukan karena tidak bisa menghasilkan lebih banyak uang, melainkan karena memahami bagaimana merasa bersyukur dan mengutamakan kualitas hidup. Ini semua jarang ditemukan di tempat lain, dan merupakan model utama dalam berbisnis di Tainan, yang menonjolkan keunikan dari kota ini. Jika ingin menggambarkan Tainan dalam sebuah kalimat paling sederhana, maka kalimat itu adalah “Saat bunga bermekaran, maka kupu-kupu akan berdatangan.”
_web.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
_web.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
Pemandangan di Masa Lalu Jadi Kehidupan Sehari-hari
“Orang Tainan mengajarkan saya ‘memiliki apa yang dibutuhkan sudah cukup’, tidak perlu berlomba-lomba mencari ketenaran,” demikian ujar Rafal Chien yang berdiri di depan pintu “Zyuu Tsubo (十平)” restoran miliknya.
Sungguh sulit dipercaya, Rafal Chien yang berambut panjang dan bertato di lengannya, lahir dan dibesarkan di Taipei, sempat menjadi agen properti selama belasan tahun, dan baru menginjakkan kakinya pertama kali di Tainan saat berusia 38 tahun, tetapi karena jodoh yang memang tidak dapat dipisahkan, “dalam setahun ia berkunjung ke Tainan sampai 20 kali.”
Rafal Chien memberanikan diri untuk menyewa rumah tua yang terabaikan di seberang hostel tempat di mana ia menginap saat berwisata di Tainan, dan berencana untuk pindah ke Tainan. Dua tahun kemudian, restoran khusus menjual donburi ala Jepang “Zyuu Tsubo (十平)” yang berlokasi di gang 158, Jalan Zhongyi Section 2 resmi dibuka.
Alasan mengapa dia menamakan restorannya “Zyuu Tsubo (十平)”, karena bangunan panjang tua ini luasnya hanya 10 ping (十坪, atau sekitar 33 meter persegi) . Langit-langit yang ditinggikan dari bangunan ini sebelumnya adalah pabrik karet industri rumahan, yang telah dikosongkan selama hampir 40 tahun.
Meskipun ruangannya mini tetapi bisa dikatakan “meskipun kecil tapi lengkap”, mezanin membagi ruangan dalam bangunan menjadi dua lantai, lantai dua difungsikan sebagai tempat basin, area untuk memasak dan lemari pembeku, lantai satu ditata dengan talenan untuk persiapan sebelum penyajian makanan dan area tempat duduk yang hanya berisikan 10 tempat duduk. Ruangan sempit “gerak sedikit bisa menyenggol tangan orang lain” seperti ini, sempat membuat juru masak yang melamar pekerjaan terkejut dan berkata, “Tidak pernah terpikir, satu ruangan sekecil ini mampu menghidangkan satu set menu yang lengkap.”
Suasana unik dan makanan yang lezat membuat “Zyuu Tsubo” mengakumulasi reputasi yang baik dari wisatawan, hanya dalam waktu singkat 4 tahun beroperasi. Namun tidak berharap “Zyuu Tsubo” hanya sekedar “toko yang dikunjungi sekali saja”, Rafal Chien selalu bersikeras melayani gagasan dari masyarakat lokal, dari anak-anak- orang tua yang tinggal di jalan dan gang sekitarnya, insinyur yang bekerja di Taman Industri Sains Tainan, bahkan pemilik toko kue lokal terkenal Ling Tih-tong dan pemilik Her Cherng Canvas Store, semua adalah pelanggannya.
Ia yang suka berinteraksi dengan pelanggannya, juga tertular dengan kegigihan dan sikap berbagi dari para pemilik toko yang sudah lama berdiri di Tainan, hidupnya juga tidak lagi sibuk untuk berfokus mendapatkan keuntungan, mendapat pengaruh halus, membuat dirinya selain senang berbagi dengan pelanggannya, di luar waktu mengelola bisnisnya, ia juga mementingkan dan meluangkan waktu bersama keluarga dalam kesehariannya.
“Terutama yang membuatnya senang adalah pemandangan pada tahun itu, kini telah menjadi kehidupan sehari-hari saya.” ujar Rafal Chien bernada penuh semangat dengan kepuasan di depan restorannya.
_web.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
“Zyuu Tsubo (十平) ” dilahirkan dari bangunan terbengkalai seluas sepuluh ping (sekitar 33 meter persegi), dan merupakan awal impian Zac Kuo mengembara ke Tainan.

Meskipun produk utama “Zyuu Tsubo (十平)” menyediakan donburi, hidangan yang populer, tetapi detail yang cermat, koki harus melakukan penyesuaian dengan iklim, suhu udara dalam metode menanak nasi.
Menciptakan Kembali Cita
Rasa Kuno
Tainan yang terkenal dengan makanan kecilnya, banyak toko penjual kembang tahu, savory rice cakes, mi danzai yang berusia lebih dari seratus tahun, dimulai dari memikul dagangannya dengan sebatang tongkat pikulan untuk berkeliling sambil menyerukan dagangannya di sepanjang jalan kecil. Chiao Liu, pelopor Nuo Fu Rice Pudding, membawa dua gentong beras ketan dengan gerobak besi kuno kakeknya, memulai usaha kecil-kecilan dari pedagang kaki lima. Setelah “mengembara” di jalan-jalan besar dan kecil selama tiga, empat tahun, dan namanya sudah mulai dikenal, bahkan dagangannya sering habis dalam waktu kurang dari satu jam. Ia seperti “Peniup Seruling dari Hamelin” yang mengeluarkan sihirnya, kemana pun ia pergi di belakangnya selalu diikuti pembeli yang panjang mengantre.
Rafal Chien, pendatang dari luar Tainan merasakan keistimewaan yang mendalam, “Saya termasuk ‘pengusaha paruh baya’, tetapi banyak anak muda yang mengelola toko di Tainan, semua berusia sekitar dua puluh, tiga puluh tahun.” Manajer Nuo Fu Rice Pudding, Chiao Liu segera memulai usahanya begitu lulus kuliah, dengan bangga menggunakan resep warisan keluarganya sebagai produk utama, membangun merek makanan ringannya.
Bagi Chiao Liu proses ini sangat alami. Karena keluarganya mengelola usaha ini sejak dia masih di taman kanak-kanak, sejak kecil senang bersama neneknya mengeksplorasi bahan-bahan makanan di dapur, sehingga membangun kegemarannya terhadap bahan makanan. Hidup mandiri semasa kuliah, semakin tidak dapat membendung rasa kecintaannya akan memasak, selain mengerjakan tugas dan bekerja paruh waktu, hiburan yang paling disukai adalah menonton acara memasak, baru kemudian dipraktekkan sendiri di dapur.
Hal ini terus berlangsung hingga lulus dan bekerja di industri makanan, karena sebuah pertanyaan yang dilontarkan temannya, “Makanan apa yang paling memberikan kesan mendalam?”, sekejap muncul di benaknya, beras ketan masakan neneknya pada saat ia masih kecil, inilah yang membuatnya memulai berwirausaha.
Produk-produk yang dijual Nuo Fu Pudding Rice sangat sederhana, produk khas utamanya adalah nasi ketan dan nasi lemak, bahan yang digunakan kurang lebih sama, keduanya menggunakan beras ketan panjang produksi Houbi Tainan yang disimpan selama 8 bulan, dengan butiran beras yang terasa jelas, baru kemudian dipadukan dengan minyak wijen hitam produksi Xigang yang memberikan aroma harum segar dan murni. Selain itu ditambahkan dengan udang kering, jamur kering, daging babi, dan gula batu yang juga menjadi sentuhan penting terakhir, “Beras ketan yang dimasak di rumah pasti ditambahkan gula batu, karena beras ketan mudah menyebabkan perut kembung, minyak wijen mudah membuat panas dalam, dengan menambahkan sedikit gula batu dapat menurunkan panas dalam dan meredakan perut kembung, ini merupakan pengetahuan yang diturunkan oleh senior,” Chiao Liu menjelaskan.
Seperti mendapat berkat dari Yang Maha Kuasa, tahun lalu Nuo Fu Pudding Rice resmi bertransformasi dari yang awalnya pedagang kaki lima menjadi toko kecil, berlokasi di samping kuil Kunsha, di dalam bangunan tua milik kuil. Chiao Liu merenovasi bangunan dua lantai dengan luas sepuluh ping (sekitar 33 meter persegi), dengan dinding teraso merah bata, lemari kayu dengan kasa hijau, dan pernak pernik gentong nasi yang bergantungan di lantai satu, mangkuk keramik tua merek Tatung dan lainnya, mengingatkan orang pada zaman dulu.
Namun di antaranya, yang paling membuat orang betah berlama-lama adalah ketika pelanggan duduk bersebelahan di meja panjang sambil menikmati jajanan tradisional sederhana, di area tempat duduk persis di depan meja memasak yang hanya tersedia 4 tempat duduk, lalu tanpa sengaja masuk dalam percakapan santai dengan pemilik toko. Hal inilah yang membuat orang-orang memahami suasana kebaikan hati manusia yang lembut, kesederhanaan dan keeleganan adat-istiadat masyarakat yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, bahkan daya tarik inilah yang menjadi alasan banyak wisatawan asing dari jauh datang ke Taiwan, ternyata semua ini terjadi di dalam ruangan sekecil ini.
_web.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
Chiao Liu mendapatkan motivasi berbisnis dari pengalaman pribadi, menciptakan merek makanan kecil dari kisah keluarganya.
_web.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
Sebuah toko berukuran mini tetapi dapat menciptakan satu alasan untuk wisatawan datang dari jauh.
_web.jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)

