Teknologi Kepercayaan, Pakar Pencegahan Penipuan
Gogolook, Authme
Penulis‧Esther Tseng Foto‧Gogolook Penerjemah‧Yunus Hendry
Agustus 2024

Kamus Merriam-Webster memilih kata “authentic” (autentik) sebagai kata kunci tahun 2023, menyoroti perkembangan kecerdasan buatan (AI) generatif, yang membuat orang semakin merindukan “keaslian” di era di mana batas antara yang asli dengan palsu semakin kabur.
Perusahaan rintisan Taiwan, Gogolook, menggunakan teknologi AI dan basis data yang kuat untuk mengidentifikasi panggilan masuk, pesan teks, dan URL domain. Authme memanfaatkan inovasi AI dan teknologi verifikasi biometrik pasif untuk memverifikasi keaslian identitas digital. Di era “deepfake” dan “post-truth”, kedua perusahaan ini memungkinkan orang untuk yakin bahwa “ini adalah yang sebenarnya”.
CNN mewartakan bahwa terjadi kasus penipuan di Hong Kong pada Februari 2024 Seorang petugas keuangan, setelah mengadakan pertemuan video dengan kantor pusat perusahaan di Inggris, mengirimkan uang sebanyak HK$200 juta (sekitar NT$800 juta) kepada direktur keuangan. Setelah kejadian tersebut terungkap, baru diketahui bahwa direktur keuangan itu sebenarnya adalah penipu yang menggunakan teknologi deepfake.
“Penipuan dengan metode yang terus diperbarui hanya akan semakin banyak.” Public Relations Manager Gogolook, Marco Tsai, menjelaskan bahwa para penipu memanfaatkan kelemahan manusia seperti kepanikan dan keserakahan untuk membuat korban lengah dan lupa memeriksa terlebih dahulu sebelum mengirimkan uang.
Produk utama Gogolook, Whoscall, adalah aplikasi yang menyediakan layanan untuk mengidentifikasi nomor telepon dan pesan teks yang tidak dikenal. Hingga sekarang, aplikasi ini telah diunduh sebanyak seratus juta kali di seluruh dunia dan layanannya mencakup sembilan negara di Asia. Di Taiwan, aplikasi ini sangat populer, dengan satu dari dua orang menjadi pengguna aktif Whoscall. Sejak didirikan pada tahun 2012, pendapatan Gogolook terus meningkat secara signifikan. Tahun lalu (2023), pendapatan perusahaan mencapai NT$770 juta, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 83%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar dalam industri pencegahan penipuan di tengah maraknya kasus penipuan global.

Penipuan keuangan sering kali membutuhkan satu panggilan telepon atau satu pesan teks sebagai langkah terakhir untuk mencapai korbannya. Gogolook membantu mengingatkan Anda apakah panggilan telepon atau pesan teks yang Anda terima memiliki “risiko tinggi” atau tidak.
Diakui oleh Ahli, Ketenaran Meroket
Setelah disebut oleh “ahli teknologi” Eric Schmidt, Whoscall menjadi sangat terkenal. Selain mendapatkan banyak wawancara media, perusahaan ini juga menerima suntikan dana dari investor. Awalnya, Whoscall didirikan oleh tiga orang, yaitu Jackie Cheng, Jeff Kuo, dan Reiny Song, yang bekerja paruh waktu sambil menjalankan proyek ini. Namun, pada tahun 2012, mereka memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan mereka dan sepenuhnya berfokus pada Whoscall. Mereka melihat semakin banyak orang yang berjalan sambil melihat ponsel, sehingga mereka menamai perusahaan ini “走著瞧” (Zǒu zhe qiáo), yang dalam bahasa Inggris berarti Gogolook.

Pendiri bersama dan CEO Gogolook, Jeff Kuo, memenangkan Penghargaan Inovasi Presiden ke-4.
Kolaborasi Pengguna, Pengingat Teknologi
Dari yang tidak dikenal menjadi terkenal dalam sekejap, dari bisnis yang sulit hingga mendapatkan investasi sebesar NT$529 juta dari NAVER, perusahaan induk LINE, Gogolook telah mencapai kesuksesan berkat kemampuannya mengatasi ketakutan pengguna terhadap panggilan dan pesan teks yang tidak dikenal serta ketidakseimbangan informasi.
Marco Tsai menyampaikan, “Basis data adalah inti dari teknologi kami, dan nomor telepon adalah benteng utama di inti tersebut. Saat ini, Gogolook memiliki 2,6 miliar nomor telepon dan dalam beberapa tahun terakhir telah memperluas cakupannya ke URL dan domain, menjadikannya basis data anti-penipuan terbesar di Asia Timur.” Informasi yang dilaporkan oleh pengguna menyumbang sekitar 20-30%, membentuk komunitas kolaboratif.
Gogolook bekerja sama dengan Biro Investigasi Kriminal Taiwan sebagai mitra utama mereka di dalam negeri. Marco Tsai memberikan contoh penipuan pembayaran cicilan dalam belanja online, di mana Whoscall akan menampilkan peringatan, “Ini adalah 'nomor berisiko tinggi',” untuk mengingatkan pengguna agar “tersadar” dan melakukan verifikasi informasi sebelum melakukan transfer uang.
Bahkan, polisi sering menyarankan kepada kakek dan nenek yang menjadi korban penipuan pengiriman uang untuk “menginstal Whoscall, karena aplikasi ini dapat membantu Anda mengidentifikasi panggilan telepon penipuan.”

Manajer Marco Tsai mengungkapkan, “Dari hampir 200 karyawan Gogolook saat ini, ada 100 orang yang bertanggung jawab atas pemeliharaan produk dan basis data di belakang layar. Ini adalah sesuatu yang tidak mudah dicapai oleh instansi pemerintah maupun sektor swasta.” (Foto: Chuang Kung-ju)

Gogolook menjadi perusahaan perangkat lunak pertama di Taiwan yang terdaftar di Taiwan Innovation Board dan para karyawan berfoto bersama di luar bursa saham untuk mengabadikan momen tersebut.

Pada tahun 2023, Gogolook menyelenggarakan KTT Pencegahan Penipuan Asia yang pertama, mengundang institusi kepolisian dan organisasi non-pemerintah dari berbagai negara di Asia untuk berdialog serta bertukar informasi lintas negara dan lintas sektor

Gogolook menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan Badan Keamanan Siber Nasional Thailand.
共同創辦人暨執行長郭建甫,右為StoreFront執行長岡田英明).jpg?w=1080&mode=crop&format=webp&quality=80)
Gogolook bekerja sama dengan distributor Jepang, StoreFront, untuk membantu mengembangkan layanan pengenalan panggilan tak dikenal dengan merek mereka sendiri. (Di sebelah kiri adalah CEO Gogolook, Jeff Kuo, dan di sebelah kanan adalah CEO StoreFront, Hideaki Okada)
Kepolisian Kerajaan Thailand Juga Merekomendasikan
Kasus serupa di mana Whoscall direkomendasikan oleh pihak kepolisian kepada masyarakat, juga terjadi di Thailand, Malaysia, Filipina, dan Hong Kong.
Marco Tsai menjelaskan bahwa pada tahun 2020-2021, kasus penipuan di negara-negara Asia Tenggara meningkat secara signifikan, sehingga layanan Whoscall digunakan secara luas oleh masyarakat setempat, bahkan mendapatkan banyak rekomendasi.
Gogolook juga bekerja sama dengan Kepolisian Kerajaan Thailand dan Badan Keamanan Siber Nasional Thailand. “Polisi Thailand juga merekomendasikan Whoscall kepada masyarakat. Bagi kami, ini adalah rekomendasi yang tak ternilai,” ujar Marco Tsai.
Saat ini, Gogolook telah hadir di sembilan negara, termasuk Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Brasil. Selain di Taiwan, tingkat penetrasi pasar di Hong Kong dan Thailand juga menempati peringkat pertama. Jumlah pengguna di Thailand diperkirakan akan melampaui Taiwan tahun ini. Pada tahun 2023, Gogolook bergabung dengan Global Anti-Scam Alliance (GASA), sebagai anggota pendiri, menjembatani kerja sama antara industri anti-penipuan di Asia, Eropa, dan Amerika.
Pada bulan Februari 2024, Gogolook bekerja sama dengan distributor StoreFront, yang memiliki lebih dari 2.000 gerai ritel di Jepang, untuk mengintegrasikan basis data nomor telepon Gogolook, menciptakan layanan identifikasi panggilan lokal yang lebih baik.
Pencegahan Penipuan Perusahaan, Pemimpin Inovasi Baru
Pada tahun 2023, Gogolook diakui oleh Dewan Pengembangan Nasional (NDC) sebagai bintang startup masa depan dalam program NEXT BIG, dan menjadi perusahaan perangkat lunak pertama di Taiwan yang terdaftar di Taiwan Innovation Board.
“Kami mengembangkan teknologi kepercayaan, dengan fokus pada penyelesaian masalah penipuan,” kata Marco Tsai. Gogolook, yang memulai bisnisnya dengan pencegahan penipuan dalam komunikasi, menemukan bahwa penipuan keuangan yang terus muncul ini pada akhirnya membutuhkan panggilan telepon atau pesan teks untuk menjerat korban mereka. Teknologi dapat mengidentifikasi faktor-faktor awal, tetapi yang lebih penting adalah setiap orang harus memiliki sikap “waspada dan berhati-hati” untuk mencegah terjadinya penipuan.

Authme menggunakan teknologi “verifikasi biometrik pasif” untuk memverifikasi apakah orang di depan kamera adalah manusia hidup. Jika menggunakan “gambar” sebagai pengganti, maka sistem akan memberikan peringatan bahwa itu bukan orang asli.
(Foto: Chuang Kung-ju)
Authme
Kata kunci tahun 2023 menurut Kamus Merriam-Webster adalah authentic, dengan kata kerja authenticate. Perusahaan startup Authme, adalah singkatan dari Authenticate me (verifikasi identitas saya). Authme berfokus pada peluang bisnis di bidang verifikasi identitas digital. Berdasarkan teknologi kecerdasan buatan, Authme mengembangkan metode untuk memerangi teknologi “deepfake” guna memastikan “keaslian” identitas.

CEO Authme, Andy Lee, menggunakan pemikiran ala peretas untuk merancang solusi verifikasi identitas. (Foto: Chuang Kung-ju)
Pengenalan Wajah, Memastikan Keaslian Manusia
“Untuk lebih mudah memahami pentingnya verifikasi identitas digital, mari kita analogikan dengan situasi kehidupan nyata,” jelas Yvonne Lin, Direktur Pemasaran Authme. Saat ini, pembukaan akun secara online sangat umum, tetapi bagaimana industri keuangan memastikan keaslian kartu identitas yang diunggah oleh pemohon, memastikan bahwa pemohon adalah orang yang sama dengan yang ada di kartu identitas, atau bahkan memastikan bahwa pemohon benar-benar ada?
“Dalam industri keuangan, itulah yang disebut ‘KYC’ (Know Your Customer). Setiap langkah dapat menghadapi risiko penipuan,” tambahnya. Sebagai contoh, kartu identitas bisa saja dicuri atau dipalsukan. Authme menggunakan AI untuk mendeteksi fitur keamanan seperti label laser pada kartu identitas guna memastikan keasliannya.
Selain itu, foto swafoto bisa dipalsukan menggunakan perangkat lunak AI seperti ChatGPT Sora dan lainnya. Bagaimana cara memverifikasinya? Authme menggunakan teknologi pemindaian wajah AI untuk mencocokkan wajah pemohon dengan foto di kartu identitas. Selanjutnya, dengan teknologi “verifikasi biometrik pasif”, sistem memeriksa apakah orang di depan kamera memiliki tanda-tanda “kehidupan” seperti aliran darah di pembuluh darah kecil di bawah mata atau tekstur kulit. Meskipun proses ini terlihat rumit, tetapi semuanya dapat diselesaikan dalam waktu satu menit.

Direktur Pemasaran Authme, Yvonne Lin, percaya bahwa dengan menggunakan teknologi AI, maka keaslian dokumen dapat dikenali dengan cepat. (Foto: Chuang Kung-ju)
Peretas Topi Putih, Menemukan Peluang Bisnis
Mampu mengidentifikasi peluang bisnis dalam verifikasi identitas dari berbagai titik rentan penipuan adalah karena salah satu pendiri dan CEO Authme, Andy Lee, pernah menjadi peretas bertopi putih (insinyur perangkat lunak yang mengidentifikasi celah keamanan). Pada tahun 2016, dia memulai usaha dengan mendirikan bursa mata uang digital. Dari sudut pandang peretas, dia memikirkan situasi mana yang paling rentan terhadap serangan pemalsuan, dan pada saat itu dia menemukan dua masalah utama dalam verifikasi identitas.
Yang pertama adalah proses yang tidak cukup mudah. Yang kedua adalah perusahaan yang mengandalkan verifikasi manual, di mana seiring perkembangan teknologi, mata manusia mungkin tidak lagi mampu mendeteksi foto palsu dengan akurat.
Andy Lee melihat peluang bisnis dan mengajak sesama peretas topi putih Dalton dan Kuo Chan-tseng yang memiliki idealisme dalam inklusi keuangan (memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk mendapatkan layanan keuangan). Pada tahun 2019, mereka mendirikan Authme untuk memverifikasi identitas digital melalui teknologi AI. Kebetulan, Taiwan membuka layanan bank digital, dan Authme bekerja sama dengan LINE Bank, bank digital pertama yang mendapatkan lisensi di Taiwan. Hingga kini, Authme telah membantu melakukan lebih dari 3 juta verifikasi.
Pasar Luar Negeri, Keuangan Inklusif
Melihat ke pasar internasional, pesaing potensial dalam teknologi pengenalan wajah sebagian besar berada di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Yvonne Lin menjelaskan bahwa struktur tulang dan proporsi wajah orang kulit putih dan orang Asia berbeda. Keunggulan kompetitif Authme terletak pada “kumpulan data” yang mencakup jutaan wajah dari Asia Timur Laut dan Asia Tenggara, yang digunakan untuk melatih model AI mereka. Dengan menggunakan teknik pembelajaran federasi, Authme mengoptimalkan model AI mereka untuk mencapai akurasi sebesar 99,7%.
Selain pengenalan wajah, Authme juga memiliki teknologi pengenalan dokumen. Mereka menggunakan teknologi “Pengenalan Karakter Optis” untuk memindai data dasar pada paspor dan menggunakan fungsi NFC pada ponsel untuk membaca cip paspor secara langsung. Yvonne Lin menyampaikan bahwa teknologi Authme ini telah dipatenkan di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, dengan harapan dapat memperluas jangkauan mereka ke pasar internasional.
Chief Operating Officer Authme, Kuo Chan-tseng, yang pernah bekerja di industri budidaya perikanan di Indonesia, melihat bahwa banyak daerah terpencil di Indonesia tidak memiliki akses ke bank, sehingga penduduk setempat tidak memiliki kesempatan untuk menggunakan layanan keuangan seperti pinjaman. Mengingat hampir semua orang di Indonesia memiliki ponsel, teknologi verifikasi digital dapat digunakan untuk mewujudkan inklusi keuangan.
Authme mengoptimalkan perhitungan model AI mereka untuk memenuhi kebutuhan kecepatan internet dan lingkungan di pasar Asia Tenggara.
Meskipun aplikasi digital semakin populer, tetapi yang terpenting adalah pertahanan pertama dalam verifikasi identitas, agar penipu tidak memiliki celah. Andy Lee mengatakan, “Ini adalah masalah yang dihadapi seluruh dunia. Taiwan sangat unggul di bidang ini, karena sering menjadi target serangan geopolitik, dan teknologi adalah kekuatan keras kami. Menemukan solusi berarti kita dapat mempromosikannya ke seluruh dunia.”

Authme mengkhususkan diri dalam pengenalan wajah orang Asia, menggunakan teknologi untuk memverifikasi “siapa Anda”. Tidak hanya memastikan prosesnya efisien, tetapi juga mendeteksi pemalsuan yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
(Sumber foto: Authme)