Zun Ei, Seniman Visual Myanmar: Semua Penuh dengan Ketidakpastian
Pandemi yang mengganggu jalannya program juga terjadi di Myanmar. Setumpuk proposal kolaborasi lintas negara yang ada di tangan Zun Ei Phyu (Zun Ei), terpaksa harus ditunda karena pandemi.
“Tahun 2020 adalah tahun seni saya,” gerutu Zun Ei tak berdaya. Ia mengatakan, “Tahun ini saya memiliki banyak program, mayoritas adalah program kolaborasi internasional dan beberapa program lokal lainnya, bahkan saya sendiri juga sempat berencana hendak berkunjung ke Taiwan pada bulan April lalu, tetapi karena COVID-19, semuanya dibatalkan.”
Zun Ei adalah seorang dokter yang juga spesialis bidang seni menggunting kertas dan instalasi. Selain berkarya seni, ia juga memberikan pelayanan medis sosial di komunitas setempat pada setiap hari Jumat.
Klinik tempat pelayanan medis sosial yang biasanya digunakan oleh Zun Ei, awalnya hendak dibuka kembali pada bulan Juli, namun terpaksa harus ditutup. Dalam kurun waktu 10 hari, jumlah kasus postif terinfeksi di Myanmar kembali meningkat pesat, bahkan lebih dari 1.000 pasien, bertambah minimal tiga kali lipat, sehingga setiap orang juga terpaksa harus kembali mengenakan masker.
Talenta Zun Ei yang utama adalah memberikan pelayanan kepada mereka yang sakit, namun semua ini tidak dapat terwujudkan. Epidemi di Myanmar memberikan pukulan yang sangat besar, sementara itu pemasukan seniman setempat boleh dikata rata-rata tidak begitu tinggi, sehingga saat pandemi tiba kondisi menjadi semakin parah. Namun, Zun Ei cukup beruntung, karena selama masa pandemi, masih banyak pembeli asing yang membeli hasil karyanya.
Tanawat, Produser Thailand: Pandemi Membawa Tantangan, Demokratisasi Baru Dapat Menyelesaikan Masalah
Produser Thailand, Tanawat Asawaitthipond, yang memiliki beberapa profesi, juga menjadi salah satu korban pandemi kali ini. Ia adalah seorang aktor, penasihat seni, dan produser yang berpengaruh besar dalam dunia seni internasional, serta memiliki jalinan tali silaturahmi yang erat dengan berbagai organisasi atau yayasan.
Menghadapi kondisi pandemi yang tiada akhirnya ini, ditambah dengan adanya sedikit pergolakan sosial di Thailand, Tanawat justru optimis. “Saya tidak dapat mengatakan saya tidak terkena dampak, tetapi saya menganggap pandemi kali ini adalah sebuah titik balik perubahan.” Meskipun kondisi secara keseluruhan tidak sebaik sebelumnya, Tanawat mencoba memperlambat langkah kerjanya, melakukan inventarisasi secara mendetail berkenaan dengan sumber daya yang ada, serta mencari jalan penyelesaian. “Sebagai seorang produser, saya selalu melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.” Kebijakan seni Thailand selama ini selalu memiliki masalah dalam bidang kelembagaannya. Mayoritas seniman tidak mendapat dukungan dari pihak pemerintah, sehingga selalu harus mengembangkan profesi kedua guna mempertahankan hidup. Tanawat juga mengaku, “Sekalipun tidak terjadi pandemi seperti saat ini, kami juga tidak mendapatkan banyak dukungan dari pemerintah.”
Sebagai seorang seniman, program kerja Tanawat tetap berlanjut, kekuatan untuk terus berkolaborasi lintas negara tidak berkurang malah bertambah, tetapi pada waktu yang sama ia juga khawatir jika pandemi akan semakin memengaruhi ketidakseimbangan sumber daya seni. (Foto: Tanawat)